Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kenapa Pelajar Sekarang Semakin Brutal?  

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Sejumlah pelajar membawa senjata tajam ketika terlibat tawuran di Jembatan Pasar Klender, Jakarta, Rabu (22/5). TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Sejumlah pelajar membawa senjata tajam ketika terlibat tawuran di Jembatan Pasar Klender, Jakarta, Rabu (22/5). TEMPO/Dian Triyuli Handoko
Iklan

TEMPO.CO, Depok - Belakangan ini perilaku para pelajar yang tergolong masih remaja semakin brutal. Jika dulu para remaja dikenal nakal hanya karena usil dan suka saling ejek, sekarang tidak jarang mereka melakukan kenakalan dengan menggunakan cara kekerasan, bahkan senjata tajam. Bahkan, mereka sudah berani menghancurkan fasilitas umum, seperti aksi perusakan sekolah yang dilakukan para siswa SMK Kharismawita 4 Depok, Senin, 11 November 2013.

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait mengatakan fenomena perilaku kekerasan yang dilakukan anak ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Perilaku tokoh-tokoh sosial yang menyimpang membuat anak-anak mengikutinya.

"Anak mendaur ulang apa yang ditonton di televisi, termasuk perilakuan orang dewasa di sekitarnya yang menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan," kata Arist saat dihubungi Tempo, Selasa, 12 November 2013.

Arist mengatakan, saat ini kebanyakan orang dewasa menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Baik itu orang tua di rumah, tokoh partai politik, maupun semua orang di sekitar kehidupan anak itu. Akhirnya, anak-anak menjadikannya sebagai contoh menyelesaikan masalah mereka. "Termasuk dari game online. Game berkelahi dan tembak-tembakan itu sangat bahaya."

Dalam soal peristiwa perusakan yang dilakukan siswa SMK Kharismawita itu, Arist mengatakan pemicunya adalah anak-anak merasa tidak diperlakukan secara adil. Mereka dituduh melakukan tawuran dan memiliki senjata tajam, padahal mereka mengaku tidak melakukannya. "Karena merasa tak adil diperlakukan oleh aparat dan sekolah maka emosi remaja mereka memuncak," kata dia. Emosi yang memuncak tersebut kemudian disalurkan dengan cara negatif seperti apa yang mereka lihat di sekitarnya. "Akhirnya mereka merusak sekolah. Tetapi, bagaimanapun juga merusak sekolah itu adalah tindakan salah."

Dalam hal ini, kata Arist, seharusnya sekolah tidak hanya mendidik siswa agar menjadi pintar, tetapi juga menjadi siswa yang baik. "Energi remaja harus terkontrol ke arah yang positif karena masih labil," katanya. Tetapi, sekolah tidak melakukan hal yang bijak dalam kasus ini dengan memutuskan untuk mengeluarkan 13 siswanya. Padahal, sebentar lagi di antara para siswa itu ada yang  harus mengikuti ujian. "Tak bijak mengeluarkan mereka dari sekolah. Ini akan menimbulkan solidaritas di antara siswa."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut Arist, yang harus dilakukan adalah sosialisasi di tengah masyarakat terkait dengan bahaya adopsi perilaku oleh anak-anak. Orang-orang dewasa harus memberikan contoh positif kepada anak. Sementara itu, sekolah harus bijak. Mereka harus mendidik anak supaya menjadi baik, bukan hanya pintar. "Kembalikan fungsi sekolah."

ILHAM TIRTA

Topik terhangat:

Korupsi Hambalang | SBY Vs Jokowi | Suap Akil Mochtar | Adiguna Sutowo

Berita terpopuler lainnya:
5 Anak Pejabat yang Berurusan dengan Aparat
Dituding Peras Mandiri, Ini Jawaban Tempo 
Ini Kejanggalan Tuduhan Jilbab Hitam pada Tempo
Andi Ayyub Sebut Suprapto Berniat Santet KPK 
Di Twitter Farhat Singgung Ayu Tingting dan Enji

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Polisi Tangkap Pelajar SMK Terlibat Tawuran yang Tewaskan Siswa SMP

29 Mei 2022

Ilustrasi tawuran. TEMPO/Iqbal Lubis
Polisi Tangkap Pelajar SMK Terlibat Tawuran yang Tewaskan Siswa SMP

Polisi menangkap satu orang pelaku tawuran yang mengakibatkan seorang pelajar sekolah menengah pertama (SMP) berinisial F (17) tewas.


Kak Seto Inginkan Satgas Perlindungan Anak Sampai Tingkat RT

28 Agustus 2021

Kak Seto tenar berkat acara anak-anak di stasiun televisi TVRI bersama Si Komo. Pria lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia sempat menjadi asisten pemilik Taman Kanak-kanak Pak Kasur. Instagram/@kaksetosahabatanak
Kak Seto Inginkan Satgas Perlindungan Anak Sampai Tingkat RT

Melihat tingkat kekerasan terhadap anak terus meningkat, Kak Seto menginginkan Indonesia memiliki Satgas Perlindungan Anak hingga tingkat RT.


Aduannya soal Anjay Dijawab Komnas Anak, Lutfi Agizal: Alhamdulillah

29 Agustus 2020

Lutfi Agizal. (Instagram - @lambe_turah)
Aduannya soal Anjay Dijawab Komnas Anak, Lutfi Agizal: Alhamdulillah

Laporan Lutfi Agizal soal kata anjay akhirnya dijawab Komnas Perlindungan Anak pada Sabtu, 29 Agustus 2020, lewat rilis resmi mereka.


Ingin Advokasi Anak Tahanan Rusuh 22 Mei, KPA Akan Usahakan Ini

24 Juli 2019

Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, mendengarkan penjelasan pengasuh Pondok Panti Asuhan Gus Mad (kiri) di Pondok Pesantren Yatim Piatu Dhuafa Bayi Terlantar Millinium Roudlotul Jannah, Candi, Sidoarjo, Jawa Timur, 3 Agustus 2015. Kunjungannya terkait informasi pelanggaran hak anak yang di asuh. ANTARA/Umarul Faruq
Ingin Advokasi Anak Tahanan Rusuh 22 Mei, KPA Akan Usahakan Ini

Komnas Perlindungan Anak berkonsentrasi ingin membebaskan anak yang disangka melakukan tindakan melanggar hukum.


Satu Tewas Dalam Tawuran Pelajar di Cileungsi

14 September 2018

123rf.com
Satu Tewas Dalam Tawuran Pelajar di Cileungsi

Polisi telah menangkap 18 siswa yang diduga terlibat dalam tawuran pelajar di Jalan Raya Cileungsi-Jonggol Desa Cileungsi Kidul.


Tawuran Sadistis, KPAI: Sekolah Jangan Cuci Tangan

8 September 2018

Kepolisian Resor Jakarta Selatan menunjukan satu dari 10 tersangka tawuran yang menyebabkan siswa SMA Muhammadiyah 15 tewas, Kamis, 6 September 2018. Tempo/Imam Hamdi
Tawuran Sadistis, KPAI: Sekolah Jangan Cuci Tangan

KPAI meminta pihak sekolah jangan cuci tangan dengan mengeluarkan siswa pelaku tawuran dari sekolah.


Tawuran Pelajar Direncanakan Lewat Medsos, Polisi Bakal Patroli Siber

6 September 2018

AH, siswa SMA Muhammadiyah 15, menjadi korban di tawuran pada Sabtu, 1 September 2018. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Tawuran Pelajar Direncanakan Lewat Medsos, Polisi Bakal Patroli Siber

Pada tawuran kelompok Sparatiz dengan Redlebbels didahului tantangan lewat Line dan Instagram.


Polisi Tetapkan 10 Tersangka Tawuran Sadistis Remaja di Kebayoran Lama

6 September 2018

Kepolisian Resor Jakarta Selatan menunjukan satu dari 10 tersangka tawuran yang menyebabkan siswa SMA Muhammadiyah 15 tewas, Kamis, 6 September 2018. Tempo/Imam Hamdi
Polisi Tetapkan 10 Tersangka Tawuran Sadistis Remaja di Kebayoran Lama

Tawuran pelajar sadistis yang melibatkan dua geng remaja menyebabkan seorang pelajar SMA Muhammadyah tewas.


10 Kamera CCTV Pengawas Tawuran di Pasar Rumput Belum Terpasang

5 September 2018

Ilustrasi pemantauan jalan raya dengan Closed Circuit Television (CCTV). ANTARA/Rivan Awal Lingga
10 Kamera CCTV Pengawas Tawuran di Pasar Rumput Belum Terpasang

Hingga saat ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum memasang kamera pengawas atau CCTV di Pasar Rumput, meski marak tawuran di daerah itu.


Pelaku Tawuran di Kebayoran Terlacak, Polisi Tangkap 29 Pelajar

4 September 2018

Ilustrasi tawuran. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Pelaku Tawuran di Kebayoran Terlacak, Polisi Tangkap 29 Pelajar

Polisi bertindak tegas kepada pelajar-pelajar yang terlibat tawuran itu karena perilaku mereka cenderung sadistis.