TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Moeldoko ikut bermain opera bareng seniman teater kondang Indonesia, Butet Kartaradjasa, di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta, Senin malam, 11 November 2013. Selain Moeldoko, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Budi Susilo Soepandji ikut tampil dalam Opera Kebangsaan "Mari Bung Lebih Indonesia Lagi".
Layaknya sebuah opera, pertunjukan Senin malam itu kaya akan humor-humor segar. Para pemain opera mayoritas adalah pelawak Jawa seperti Marwoto. Walhasil, guyonan beraroma Jawa terasa sangat kental. Bahkan, opera ini mirip aksi panggung lawak Srimulat.
Tampil hampir dua jam, penonton yang mayoritas mahasiswa, pelajar, dan sejumlah pejabat TNI dan Lemhanas tak henti-hentinya tertawa. Alur cerita opera ini menggambarkan tiga anak Sekolah Menengah Atas sebagai cerminan anak muda Indonesia mulai kehilangan jati diri bangsa.
Tiga pelawak senior memerankan ketiga anak SMA itu. Sejak awal penonton sudah tertawa melihat tingkah-polah kakek-kakek yang masih memakai seragam putih abu-abu. Secara jenaka mereka memperagakan sikap anak muda saat ini yang tak lagi menghormati orang tua, melupakan sejarah, hingga tak disiplin.
Mulanya Gubernur Lemhanas Budi Susilo Soepandji muncul di atas panggung tepat ketika opera berlangsung setengah bagian. Budi tetap memerankan jabatannya. Dalam opera kebangsaan ini, adik kandung Kepala Badan Pertanahan Nasional Hendarman Supandji ini memberikan wejangan tentang pentingnya pendidikan, sopan santun, dan cita-cita anak muda Indonesia.
Usai memberikan wejangan, Budi mengiringi penyanyi asal Papua Edo Kondologit menyanyikan lagu Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki dengan lantunan flute. Budi tampak lihai memainkan alat musik tiup mirip seruling panjang itu. Walhasil, tepuk tangan penonton membahana.
Ada adegan selanjutnya, Jenderal Moeldoko giliran naik panggung. Berperan seperti kehidupan nyata, Panglima TNI ini memberikan wejangan kepada tiga pemeran anak SMA itu. Moeldoko menekankan anak muda Indonesia untuk tidak melupakan sejarah bangsanya.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu juga memberi nasehat kedisiplinan dan cinta Tanah Air kepada penonton yang mayoritas anak-anak muda. Dia memberi contoh kegiatan upacara bendera. "Upacara bendera adalah upaya paling sederhana untuk ingat sejarah dan cinta Tanah Air," kata dia.
Walhasil, Moeldoko memimpin para pemain opera untuk upacara bendera di dalam ruangan pertunjukan. Dengan tiang bendera yang tak lebih dari empat meter, tiga orang paskibraka mengerek bendera Merah Putih. Lagu kebangsaan Indonesia Raya pun berkumandang.
Moeldoko meminta seluruh penonton berdiri dan memberikan hormat saat lagu Indonesia Raya dinyanyikan. Suasana saat upacara bendera terasa haru. Sebab, seluruh pemain opera dan penonton kompak berdiri memberi hormat dan menyanyikan Indonesia Raya.
Kepada wartawan, Moeldoko mengaku tak perlu latihan untuk tampil dalam opera Senin malam itu. "Karena itu sudah pembawaan," kata dia sambil tertawa.
Moeldoko mengaku ingin berkontribusi meningkatkan kadar cinta Indonesia yang saat ini sudah mulai menipis di kalangan anak muda. Dia pun mengutip pernyataan Proklamator Soekarno. "Jas Merah, jangan sekali pun melupakan sejarah, itu tujuannya," kata dia.
INDRA WIJAYA
Berita Terpopuler
Cerita Lengkap Megawati tentang Karier Jokowi
Pelapor Dugaan Korupsi Atut Pernah Mau Dibunuh
Jawara: Tomet Itu Penumpang di Dinasti Atut
Marzuki: Tempo, Nanti Ketemu di Surga atau Neraka
Marzuki Alie: Kalau Suapnya Rp 1 T Baru Sebanding