TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali bergerak melemah pagi ini, meskipun Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan suku bunga acuan.
Pada transaksi pasar uang pagi ini, rupiah terjun ke kisaran 11.660 per dolar Amerika. Pelemahan juga terjadi pada mata uang Asia lainnya.
"Belum redanya kecemasan pelaku pasar atas spekulasi pengurangan stimulus (tappering) bank sentral Amerika Serikat membuat mereka tak mau mengambil risiko," kata Lindawati Susanto, pengamat pasar uang.
Menurut Lindawati, efek kenaikan suku bunga acuan ke level 7,5 persen memang belum bisa berjalan maksimal. Pasalnya, neraca perdagangan September, yang kembali mengalami defisit, akhirnya membangun persepsi bahwa rupiah memang belum memiliki momentum yang tepat untuk melakukan penguatan.
Namun demikian, ia percaya suatu saat nanti efek kenaikan suku bunga acuan akan mampu membantu penguatan rupiah. Dalam jangka menengah, kenaikan suku bunga akan mengundang daya tarik investasi asing untuk kembali masuk ke dalam negeri. “Bagi investor, angka 7,5 persen itu cukup menjanjikan,” kata Lindawati.
Terlebih, nilai tukar yang semakin lemah pastinya akan mendorong BI untuk kembali melakukan intervensi. Hari ini, pergerakan rupiah diprediksi bergerak pada level 11.500-11.600 per dolar Amerika.
PDAT | MEGEL JEKSON