TEMPO.CO, Tel Aviv - Pasukan keamanan Israel, Kamis, 14 November 2013, menahan dua warga Palestina terkait dengan pembunuhan terhadap serdadu Israel oleh seorang remaja Palestina. Penahanan itu disusul dengan pembakaran rumah warga Palestina di Tepi Barat oleh sejumlah orang Israel, yang menyebabkan lima anak Palestina menderita luka.
Para penyerang berdatangan di depan kediaman keluarga Dar Khalil di Sinjil, sebuah desa di timur laut Ramallah. Selanjutnya, mereka menyemprotkan cat dengan kata-kata, "Salam dari Eden, Dendam", ditulis dalam bahasa Ibrani berwarna biru di tembok luar rumah keluarga Khalil.
"Eden" adalah sebuah kata mengacu kepada Eden Atias, seorang serdadu yang tewas ditusuk pada Rabu, 13 November 2013, oleh remaja Palestina berusia 16 tahun di dalam bus di sebelah utara daerah pendudukan Palestina.
"Pada Kamis, 14 November 2013, pasukan Israel menahan saudara laki-laki dan sahabat tersangka," kata anggota keluarga pelaku kepada kantor berita Ma'an. Ayah tersangka, Ghawadra, mengatakan kelompok besar pasukan Israel mendatangi rumah Hussein Sharif Ghawadra, Rabu tengah malam waktu setempat, 13 November 2013. Mereka merusak pintu gerbang rumah dan melemparkan bom suara.
"Pasukan Israel mengancam kami semua dalam sebuah serangan serta mendatangkan malapetaka di rumah. Mereka menghancurkan jendela, pintu, dan merusak tangki air, serta menahan putra saya, Mutasem, yang saat ini berstatus mahasiswa sebuah universitas. Mereka juga menahan sahabat Hussein, Jamil Mohammad Ghawadra; serta menyerang istri saya; putra saya, Taufiq; dan saya."
Menurut ayah Ghawadra, pasukan Israel juga mengancam akan meratakan kediamannya serta meminta keluarga mengeluarkan seluruh perabotan dari rumahnya.
Sejumlah orang mengatakan kepada kepolisian Israel bahwa Ghawadra adalah pelaku pembunuhan serdadu Israel terkait dengan penahanan empat pamannya di penjara Israel. Dar Khalil yang diserang oleh sejumlah orang di daerah pendudukan sesungguhnya tak ada kaitannya dengan pelaku serangan.
"Saya terbangun pada pukul 02.00 (waktu setempat) dan melihat empat atau lima orang datang dari luar dengan mobil putih serta mulai memecahkan jendela. Mereka selanjutnya melemparkan bensin dan api ke dalam rumah," kata Ruweida Dar Khalil kepada AFP.
"Anak-anak sedang tidur, saya takut mati, anak-anak saya nyaris tewas. Saya bahkan tak bisa menyentuh gagang pintu karena panas," Dar Khalil mengatakan. Anak tertuanya yang berusia 7 tahun baru kembali ke rumah setelah dirawat di rumah sakit. "Saya butuh perlindungan," ujarnya. "Saya takut tidur di dalam rumah."
AL AKHBAR | CHOIRUL