TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi pada akhir Juni lalu telah mengurangi tekanan terhadap kesinambungan fiskal. Meski begitu, dampaknya pada transaksi berjalan belum terasa.
"Belum cukup untuk memperkuat postur neraca transaksi berjalan," ucap Agus dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia dengan kalangan perbankan Bankers Dinner di Bank Indonesia, Kamis malam, 14 November 2013.
Dalam pidatonya, Agus sempat menyebutkan soal pentingnya manajemen energi domestik seiring dengan permintaan energi yang meningkat. Ia menjelaskan, impor energi untuk memenuhi kebutuhan domestik ini memperberat persoalan defisit transaksi berjalan.
Meski begitu, Agus mengapresiasi paket kebijakan yang diluncurkan pemerintah untuk mendukung stabilisasi perekonomian. "Paket kebijakan Agustus dan paket kebijakan Oktober 2013 juga merupakan langkah awal yang positif."
Sejauh ini, menurut Agus, berbagai respons kebijakan yang diambil BI maupun pemerintah telah berkontribusi positif pada stabilisasi perekonomian. "Berbagai indikator menunjukkan terkendalinya proses koreksi perekonomian," ucapnya. Seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi, defisit neraca perdagangan triwulan III 2013 mulai menurun dan aliran masuk modal asing juga kembali meningkat.
Ia menambahkan, perkembangan positif pada neraca pembayaran juga telah menopang stabilnya nilai tukar rupiah sejak akhir September 2013. Adapun inflasi yang meningkat setelah kenaikan harga BBM juga dinilainya sudah menurun dan kembali ke pola historisnya.
Dengan terkendalinya proses koreksi perekonomian, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini sekitar 5,7 persen. "Angka ini memang lebih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara peers yang diperkirakan rata-rata sekitar 3,6 persen," ucapnya.
MARTHA THERTINA
Terpopuler
Ahmad Dhani Mengaku Bangkrut Gara-gara Kasus AQJ
Nazar: Uangnya Anas Triliunan Rupiah
Cerita Ganjar tentang Gubernur 'Bodoh'
Dahlan: Marzuki Alie Minta Teuku Bagus Dipecat