TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memastikan kebijakan suku bunga acuan ke depan akan diarahkan bukan hanya untuk mengendalikan inflasi, tapi juga mendorong penurunan defisit transaksi berjalan. "Stance kebijakan moneter juga untuk menopang upaya menurunkan defisit neraca transaksi berjalan ke arah yang sustainable dan menjaga stabilitas sistem keuangan agar tetap kuat," kata Agus dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia dengan perbankan, Bankers Dinner, di Bank Indonesia, Kamis malam, 14 November 2013.
Seperti diketahui, Bank Indonesia masih menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate meski inflasi sudah pada arah menurun. Dalam pidatonya, Agus sempat menjelaskan, inflasi yang meningkat setelah kenaikan harga BBM bersubsidi sudah menurun dan kembali ke pola historisnya. Inflasi 2013 diperkirakan sedikit di bawah 9 persen.
BI Rate tercatat sudah naik sebesar 1,75 persen sepanjang Juni-November 2013. Sebelumnya, juru bicara BI, Difi Johansyah, sempat menjelaskan kenaikan BI Rate bertujuan untuk menurunkan permintaan domestik. "Sisi demand masih tinggi tercermin dari kredit yang masih tinggi," ucap Difi dalam konferensi pers di Bank Indonesia, Selasa lalu.
Penurunan pertumbuhan kredit tersebut ujungnya diharapkan bisa memperkecil defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan masih terus berlanjut. Meski begitu, defisit pada triwulan III 2013 sudah susut. Jika pada triwulan II 2013 defisit mencapai US$ 9,95 miliar atau setara 4,4 persen dari produk domestik bruto (PDB), pada triwulan berikutnya defisit turun menjadi 8,45 miliar atau setara 3,8 persen dari PDB.
Penyebab utama defisit pada transaksi berjalan adalah defisit pada transaksi minyak yang membesar. Pada triwulan II 2013, defisit transaksi minyak mencapai US$ 5,29 miliar, lalu naik menjadi US$ 5,86 miliar pada triwulan III 2013. Hal ini disebabkan naiknya impor minyak dari US$ 9,53 miliar menjadi US$ 10,69 miliar. Sementara ekspor hanya naik tipis dari US$ 4,24 miliar menjadi US$ 4,81 miliar.
Meski begitu, ada sedikit perbaikan pada transaksi gas, nonmigas, jasa, dan pendapatan. Surplus pada transaksi gas tercatat naik meski amat tipis, yakni dari US$ 3 miliar menjadi US$ 3,04 miliar. Transaksi nonmigas membaik dari surplus US$ 1,59 miliar menjadi surplus US$ 2,81 miliar. Adapun defisit pada transaksi jasa turun tipis dari US$ 3,12 miliar menjadi US$ 2,61 miliar. Sedangkan defisit pada transaksi pendapatan turun dari US$ 7,13 miliar menjadi US$ 6,71 miliar.
MARTHA THERTINA
Terpopuler
Ahmad Dhani Mengaku Bangkrut Gara-gara Kasus AQJ
Nazar: Uangnya Anas Triliunan Rupiah
Cerita Ganjar tentang Gubernur 'Bodoh'
Dahlan: Marzuki Alie Minta Teuku Bagus Dipecat