TEMPO.CO, Jakarta - Defisitnya neraca transaksi berjalan di kuartal ketiga 2013 perlu diantisipasi dengan pengetatan likuiditas rupiah.
Bank Indonesia mengumumkan data neraca transaksi berjalan kuartal ketiga mengalami defisit US$ 8,4 miliar atau 3,8 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka itu lebih buruk dari eskpektasi BI bulan lalu yang diperkirakan hanya 3,5 persen dari PDB. Sementara itu, defisit neraca pembayaran melebar dari US$ 2,48 miliar ke US$ 2,65 miliar.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan defisit neraca berjalan terjadi karena pemulihan neraca perdagangan belum mampu menutup defisit neraca lainnya, seperti neraca jasa, pendapatan dan transfer berjalan. "Mengapa neraca perdagangan belum pulih? Karena harga komoditas dunia belum mampu mengangkat ekspor dan impor belum bisa mengimbangi perlambatan ekspor."
Menurut Rangga, yang harus dilakukan oleh Bank Indonesia saat ini ialah pengetatan likuiditas rupiah lebih lanjut dan pelemahan nilai tukar rupiah yang terukur. Tidak hanya terhadap dolar Amerika, tetapi juga terhadap mata uang rekan dagang.
Pengetatan likuiditas rupiah untuk mencegah rupiah terlalu banyak beredar sehingga berdampak pada nilai tukar. Sementara pelemahan nilai tukar dibutuhkan untuk memicu ekspor.
Namun, pelemahan nilai tukar saja tidak efektif karena permintaan komoditas tidak terlalu sensitif terhadap perubahan nilai tukar. "Sehingga pengetatan rupiah juga harus mengiringi pelemahan rupiah agar impor juga tidak terlalu kuat," ujar Rangga menjawab pertanyaan Tempo kemarin.
BI rate yang naik akan percuma jika secara moneter pengetatan likuiditas belum maksimal. Selama selisih antara FASBI overnight dengan BI rate masih terlalu jauh, itu berarti likuiditas rupiah masih berlebihan di perekonomian Indonesia.
Akan tetapi, memang pengetatan tidak bisa terlalu cepat karena kredit macet di bank bisa naik tajam dan menimbulkan krisis likuiditas, khususnya untuk bank-bank kecil dan menengah. Pertumbuhan ekonomi juga tidak bisa dikorbankan begitu saja demi menghapus neraca yang defisit karena penyerapan tenaga kerja akan terganggu.
Hari ini rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran 11.450 hingga 11.550 per dolar.
PDAT | M. AZHAR