TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, depresiasi nilai tukar rupiah ke kisaran Rp 11.500-Rp 11.600 per dolar Amerika Serikat bersifat sementara. Tekanan terhadap rupiah itu terjadi akibat faktor eksternal. "Memang yang banyak berpengaruh adalah faktor eksternal," kata Agus di sela-sela acara pencanangan Gerakan Ekonomi Syariah di Monumen Nasional, Jakarta, Ahad, 17 November 2013.
Agus menjelaskan, ada tiga faktor eksternal yang mempengaruhi perekonomian Indonesia, yakni rencana bank sentral Amerika Serikat untuk mengurangi stimulus moneternya, harga komoditas yang masih terkoreksi, dan hasil ekspor Indonesia yang menurun. Selain itu, ada juga kecenderungan perlambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang saat ekonomi negara-negara maju membaik.
Adapun tekanan dari sisi internal yang berupa defisit transaksi berjalan, Agus menjelaskan, sudah menyusut. Hal ini tampak dari defisit transaksi berjalan yang turun dari US$ 9,95 miliar atau setara 4,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II 2013 menjadi US$ 8,45 miliar atau setara 3,8 persen dari PDB pada kuartal III 2013.
Ditanya soal potensi rupiah menembus Rp 12 ribu pada akhir tahun, Agus mengatakan pihaknya tak bisa bicara tentang itu. Agus hanya menjelaskan, nilai tukar rupiah mencerminkan fundamentalnya.
Mengacu pada kurs referensi BI, kurs rupiah justru bergerak naik sepekan lalu, yakni menjelang dan pasca-pengumuman BI Rate dan publikasi neraca pembayaran Indonesia. Rupiah berada pada level Rp 11.486 per dolar AS pada Senin, menembus Rp 11.644 per dolar AS pada Rabu, dan ditutup pada level Rp 11.561 pada Jumat.
MARTHA THERTINA
Baca juga:
Untuk Produktivitas Susu, IPB Kerja Sama dengan SNV
Menteri Suswono Tawarkan Sapi ke Selandia Baru
Menteri Suswono Tawarkan Sapi ke Selandia Baru
Wamendag: Impor Tahun Depan Masih Besar