TEMPO.CO, Sleman - Karena Gunung Merapi mengembuskan asap hitam tebal pada pukul 04.58 WIB, warga yang masih tinggal di kawasan rawan bencana sempat mengungsi di titik kumpul pengungsian. Asap tebal membumbung tinggi hingga 2.000 meter. Sekitar 600 keluarga sempat berkumpul di kantor Balai Desa Glagaharjo jika sewaktu-waktu harus diungsikan.
Warga di tiga dusun Desa Glagaharjo, yaitu dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul, dan Srunen, masih tinggal di kawasan rawan bencana III. Mereka harus siap diungsikan jika terjadi erupsi.
Baca Juga:
"Ya, warga sempat mengungsi di balai desa sebagai titik kumpul pengungsian," kata Suroto, Kepala Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Senin, 18 November 2013.
Menurut catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), warga yang masuk dalam kategori kelompok rentan diutamakan untuk dievakuasi. Yaitu balita, usia lanjut, ibu hamil, dan penyandang disabilitas. Selain warga Glagaharjo, juga warga yang masuk ke wilayah Kabupaten Klateen dan Boyolali. Meskipun ratusan warga sempat mengungsi, kini mereka sudah kembali ke rumah masing-masing.
Gunung Merapi mengembuskan asap tebal setinggi 2.000 meter yang bersifat letusan freatik. Letusan ini dipicu oleh gempa tektonik lokal di bawah tubuh gunung.
Embusan asap tebal berwarnna hitam itu termasuk letusan freatik. Yaitu letusan yang berasal dari dalam lapisan litosfer akibat meningkatnya tekanan uap air. Letusan freatik terjadi apabila air hujan jatuh ke permukaan tanah dan bersentuhan dengan magma atau tubuh batuan panas lainnya.
"Air yang terpanaskan akan terbentuk akumulasi uap bertekanan tinggi. Tekanan yang terus bertambah akan menghancurkan lapisan penutupnya," kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
MUH SYAIFULLAH
Topik Terhangat
Korupsi Hambalang | Topan Haiyan | SBY Vs Jokowi | Dinasti Atut | Adiguna Sutowo |
Berita Lain
Hujan Abu Bercampur Pasir di Boyolali
Merapi Keluarkan Asap Tebal dan Hujan Abu
Gubernur Berang Tarif Listrik di NTT Lebih Mahal