TEMPO.CO, Yogyakarta - Gejolak Gunung Merapi berupa embusan asap hitam tebal diduga dipicu oleh gempa di Ciamis. Menurut Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, Subandriyo, gempa tektonik 4,7 skala Richter di Ciamis yang terjadi pada pukul 04.53 WIB dinihari tadi telah mengocok kawah Gunung Merapi. "Gempa Ciamis mengocok tubuh gunung seperti minuman bersoda, maka ada pelepasan," katanya, Senin, 18 November 2013.
Ia menyatakan embusan setinggi 2.000 meter yang terjadi pagi ini tidak diiringi tanda-tanda aktivitas gunung yang menonjol. Embusan itu hanya akibat dari aktivitas di permukaan. Tidak ada pergerakan magma dari perut gunung api itu. Selanjutnya, hanya berselang 1 menit dari gempa Ciamis, Merapi mengembuskan asap tebal berwarna hitam. Setelah dikaji, dari kegempaannya, tidak ada gejala awal yang jelas berkaitan dengan kejadian itu. Kecuali 1 menit sebelumnya terjadi gempa tektonik yang bersumber dari Ciamis.
Embusan asap berbentuk kolom itu disertai dengan abu dan pasir. Erupsi Merapi kali ini disebut dengan letusan freatik. Letusannya hanya terjadi di permukaan. Jenis letusan ini sangat berbeda dari letusan Merapi selama ini.
Letusan freatik karena ada tekanan akumulasi gas di permukaan, bukan karena aktivitas magmatis. Dengan demikian, yang disemburkan itu berupa gas dan material kecil seperti abu dan kerikil.
Ia menambahkan, erupsi ini bukan dipicu oleh aktivitas magma. Diprediksi, letusan Merapi tersebut tidak akan berlanjut. Sebab, letusan kali ini lebih dipicu oleh akumulasi gas di permukaan magma dan dipicu gempa tektonik di Ciamis. "Letusan ini tidak membawa lava panas maupun awan panas yang berbentuk seperti wedus gembel," kata Subandriyo.
Meskipun begitu, Subandriyo merekomendasikan agar pendakian ke Gunung Merapi hanya sampai pada 1 kilometer di bawah puncak. Sebab, aktivitas serupa bisa saja terjadi jika ada pemicunya kembali. Sebab, hingga saat ini sudah tiga kali Merapi melakukan aktivitas yang sama setelah erupsi 2010 lalu.
MUH SYAIFULLAH