TEMPO.CO, Ngawi - Hujan abu letusan Gunung Merapi Yogyakarta terbawa angin hingga Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Akibatnya, sejumlah warga mengaku gatal-gatal pada kulitnya. Selain itu, ada yang mengalami iritasi mata.
Hal ini, misalnya, dialami beberapa siswa SMPN Negeri 1 Mantingan saat mengikuti upacara bendera pagi tadi. Hendro Cahyo Putro, 14 tahun, salah seorang murid sekolah setempat mengatakan, sedikitnya ada enam pelajar siswi yang menderita gatal-gatal.
Soni Harsono, 26 tahun, seorang karyawan swasta di bidang periklanan mengaku mengalami kendala saat hendak masuk ke kantor dengan mengendarai sepeda motor. “Abu yang menempel di kacamata membuat saya kesulitan melihat jalan,” katanya, Senin, 18 November 2013.
Dia berulang kali menghentikan laju sepeda motornya untuk membersihkan abu yang menempel di kacamata minusnya. Perjalanan dari rumahnya di Kelurahan Ketanggi, Kecamatan Ngawi, ke kantornya di Desa Pelem, Kecamatan Ngawi, yang berjarak sekitar tiga kilometer ditempuh selama sepuluh menit. “Biasanya tak lebih dari lima menit.”
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Ngawi, Eko Heru Cahyono, menjelaskan hujan abu yang terjadi memang menggangu lalu lintas warga. Mayoritas kendaraan bermotor yang melintas di jalan nasional Ngawi-Surabaya berjalan lebih lambat. “Jarak pandangnya hanya sekitar lima meter,” kata Eko. Tidak hanya itu, kaca mobil maupun helm juga tertutup abu vulkanik basah.
Hujan abu itu merupakan dampak letusan berskala kecil pada Gunung Merapi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pagi tadi. Karena angin berhembus dari arah barat ke timur material vulkanik beterbangan ke Ngawi. Selain itu, abu juga mengguyur Boyolali, Solo, dan Sragen, Jawa Tengah. Secara geografis, Ngawi berbatasan langsung dengan Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
NOFIKA DIAN NUGROHO