TEMPO.CO, Massachusetts – Fenomena ini telah lama dicurigai. Dan kini, para ilmuwan telah membuktikannya. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok peneliti dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, menunjukkan patah hati bisa berisiko kematian.
Seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat, 15 November 2013, ketika suami atau istri meninggal, seseorang memiliki risiko kematian hingga 66 persen lebih tinggi dalam waktu tiga bulan. Dan, efeknya mungkin lebih besar pada kaum muda.
Studi ini menganalisis lebih dari 26 ribu warga Amerika yang berusia di atas 50 tahun. Mereka berfokus pada 12.316 pasangan yang menikah pada tahun 1998 dan mengikuti perkembangan mereka hingga tahun 2008 untuk menentukan peserta yang menjadi janda atau duda.
Selama periode ini, ada 2.912 kematian, sebanyak 2.373 kematian terjadi karena pasangan mereka terlebih dahulu meninggal. Sementara itu, sebanyak 539 orang meninggal karena perceraian dengan pasangan mereka.
Dari 539 kematian akibat perceraian, sebanyak 50 janda atau duda ikut meninggal dalam 3 bulan pertama setelah perceraian, 26 orang meninggal dalam periode 3-6 bulan, dan 44 orang meninggal dalam periode 6-12 bulan.
Meski angka kematian cukup tinggi, peneliti belum bisa memastikan secara pasti apa yang menyebabkan hal ini.
“Ada kemungkinan karena rasa sedih, stres, dan depresi yang luar biasa atau karena ia terlalu fokus merawat pasangannya sebelum meninggal sehingga lupa akan kesehatannya sendiri,” kata peneliti utama, Dr S.V. Subramanian.
ANINGTIAS JATMIKA | DAILY MAIL
Topik Terhangat
Korupsi Hambalang | Topan Haiyan | SBY Vs Jokowi | Dinasti Atut | Adiguna Sutowo |
Berita Terpopuler:
Jonas Minta Maaf, FPI Tetap Ingin Dia ke Penjara
Erick Thohir Ingin Boyong Messi ke Inter
Mariah Carey Merasa Dibohongi di Idol
Jonas Mengaku Telah Menikah dan Masuk Islam
Cara Menghindari Cyber Crime