TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrat, Max Sopacua, dan bekas direktur Televisi Republik Indonesia saling tuding soal pemberian suap dalam rapat yang berlangsung selama lima jam di Komisi Komunikasi Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa, 19 November 2013. Max mengaku akan disuap oleh General Manager Penjualan dan Pemasaran TVRI, Rajab, menjelang Idul Fitri lalu.
Menurut Max, upaya suap itu disampaikan Rajab lewat telepon. Rajab, kata dia, menyebutkan ada direksi yang menitipkan bingkisan untuknya. “Abang kan mau Lebaran, ada sedikitlah,” kata Wakil Ketua Umum Demokrat ini mengulangi ucapan Rajab.
Max mengklaim menolak bingkisan itu. Dia mengaku langsung memarahi Rajab. Bahkan, ketika Rajab akan bersilaturahmi saat Lebaran, Max menolak kehadirannya. “Saya tak tahu apa motif upaya penyuapan itu,” kata politikus yang pernah menjadi presenter berita TVRI ini.
Rajab, yang hadir dalam rapat tersebut, mengaku pernah menelepon Max menjelang Lebaran. Tapi dia membantah pernah mengatakan ada titipan dari direksi. “Kalau akan mampir ke rumah Max di Bogor itu, iya. Tapi saya tidak pernah tahu soal bingkisan,” katanya. Bekas Direktur Utama TVRI Farhat Syukri juga membantah ucapan Max.
Tak terima dituding berupaya menyuap Max, atasan Rajab, bekas Direktur Pengembangan dan Usaha, Erwin Aryanantha, balik menyerang. Dia menuduh Max pernah memintanya untuk menempatkan beberapa orang di bagian pengembangan dan usaha. Ucapan ini pernah disampaikan Erwin pada rapat 21 Oktober lalu. Tak hanya ucapan, Erwin juga memutar rekaman suara telepon Max saat menghubungi dia di ruang rapat. “Saya punya rekamannya,” kata dia. Max membantah pernah menelepon Erwin.
Rapat tersebut sebenarnya untuk mengklarifikasi beredarnya pesan pendek anonim yang menyebutkan adanya pemberian suap Rp 3 miliar ke anggota Komisi Komunikasi, yaitu Tantowi Yahya dari Fraksi Golkar, Evita Nursanti dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan politikus Demokrat Hayono Isman. Pengirim pesan pendek itu mengaku dari kelompok direksi. Pesan pendek itu juga menyebutkan bahwa penyanyi Iis Dahlia dan Yuni Shara diminta menemani para legislator tersebut berkaraoke.
Suap ini, menurut si pengirim, diberikan pada 16 Oktober lalu di Bandung oleh Irwan Hendarmin, kala itu direktur program dan berita. Suap itu diduga untuk menghalangi pemecatan empat direktur oleh Dewan Pengawas TVRI. Empat direktur akan dipecat pada 23 Oktober lalu. Ketiga politikus itu membantah menerima suap. Irwan juga membantah menyerahkan duit. Begitu pun kakak Iis Dahlia, Rudianto, membantah kabar bahwa adiknya ada di Bandung hari itu.
Dalam rapat tertutup pada 21 Oktober lalu, Komisi Komunikasi DPR meminta Dewan Pengawas TVRI membatalkan pemecatan empat direktur. Dewan Pengawas akhirnya memutuskan memperpanjang masa jabatan direktur hingga akhir Desember nanti karena terkait dengan pembahasan anggaran TVRI untuk tahun depan di DPR. Bahkan politikus Senayan membentuk panitia kerja TVRI.
Senin lalu, Dewan Pengawas mengambil keputusan final. Mereka memecat Farhat, Erwin, Irwan, dan Direktur Teknik Erina H.C. Tobing. Menurut anggota Dewan Pengawas, Indrawadi Tamin, Dewan Pengawas sudah menunjuk pejabat Pelaksana tugas Direktur Utama Tribowo Kriswinarno, Irfan (program dan berita), dan Ninoy (pengembangan dan usaha).
Hari ini, Komisi Komunikasi memanggil lagi Dewan Pengawas untuk meminta penjelasan soal pemecatan tersebut. “Dewan Pengawas sebenarnya hanya disuruh menunggu, tak ada pemecatan sampai Desember,” kata Wakil Ketua Komisi Komunikasi Tb. Hasanudin.
WAYAN AGUS PURNOMO | NURHASIM
Berita Terpopuler :
Menteri Australia Tetap Diundang ke Pertemuan Bali
Di Tengah Sorotan, Mobil Murah Laris Manis
Sekali Lagi, Hatta Bantah Mobil Murah Bikin Macet
Kasus Penyadapan Tak Ganggu Kerja Sama RI-Australia
Hatta: Mobil Murah Bendung Banjir Impor Otomotif