TEMPO.CO, Jakarta - Reaksi Indonesia atas kabar penyadapan yang dilakukan intelijen Australia terhadap komunikasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak hanya direspons publik setempat. Anggota Parlemen Australia juga mengecam Perdana Menteri Tony Abbott.
Anggota Parlemen Australia menyadari hubungan dua negara bisa memburuk. "Itu sebabnya, Tony Abbott harus cepat memperjelas apakah kegiatan semacam ini (penyadapan) masih terjadi, dan apakah ya atau tidak. Kita (Australia) melihat Indonesia sebagai mitra," kata anggota Parlemen dari Partai Hijau, Adam Bandt.
Pemimpin oposisi Australia, Bill Shorten, mengatakan hubungan Australia-Indonesia bisa sembuh apabila ada tindakan segera. "Tidak boleh membiarkan hal ini memburuk untuk waktu yang lama. Tidak boleh membiarkan hal ini menodai hubungan kedua negara ke depan." (Baca juga: Menlu Marty-Dubes Nadjib Langsung Bahas Penyadapan)
Ketegangan hubungan Jakarta-Canberra ini bermula dari berita media Guardian dan kelompok Fairfak Media, Senin lalu. Media ini melansir berita bahwa intelijen Australia, Australian Signal Directorate, menyadap percakapan telepon Persiden Yudhoyono dan sejumlah orang dekatnya pada Agustus 2009. Istri SBY, Kristiani Herawati, juga disadap. Begitu pula Wakil Presiden Boediono dan sejumlah menteri.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, mengatakan pemerintah Australia perlu mengklarifikasi berita ini untuk menghindari kerusakan lebih lanjut. Juru bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, juga mengatakan, “Sejumlah isu penting tentu akan kami lihat urgensinya.” (Baca juga : Dubes RI di Australia Pulang Bawa Koper Besar)
Pernyataan tersebut tidak lantas membuat Perdana Menteri Tony Abbott meminta maaf. Dia malah mengatakan, “Semua pemerintah melakukan pengumpulan informasi (intelijen) dan semua pemerintah tahu bahwa pemerintah lainnya melakukan hal yang sama.”
Reaksi Abbott ini dinilai Indonesia sebagai sikap meremehkan. Dalam pernyataan di akun Twitter-nya, Yudhoyono meminta Australia memberikan jawaban resmi atas kabar penyadapan itu. “Saya juga menyayangkan pernyataan PM Australia yang menganggap remeh penyadapan terhadap Indonesia, tanpa rasa bersalah,” kata Yudhoyono. (Beber Penyadapan Australia, Bos ABC 'Disidang' )
Pemerintah telah menarik pulang Duta Besar Indonesia di Australia, Nadjib Riphat Kesoema, yang sudah tiba di Jakarta kemarin. Menurut Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa, selain menarik duta besar, pemerintah akan meninjau ulang hubungan bilateral kedua negara. "Bukan cuma di bidang pertukaran informasi dan intelijen, tapi juga untuk memastikan hubungan dua negara tidak seperti biasanya," kata dia.
Koresponden media Australia, ABC, di Indonesia, George Roberts, mengatakan bahwa tekanan domestik meningkat kepada Yudhoyono untuk bersikap keras. “Ada beberapa kalangan, beberapa orang, yang bahkan menyarankan agar pemerintah Indonesia mengambil garis lebih keras, dengan mengusir diplomat Australia dari Indonesia.” (Baca juga: Penyadapan, Kerjasama RI-Australia Ditinjau Ulang)
PRIHANDOKO | SYDNEY MORNING HERALD | ABC
Berita Terpopuler :
Begini Kisah Bertukar Pasangan di Jakarta
Disuruh Minta Maaf, Ini Jawaban PM Australia
Kicauan Lengkap SBY di Twitter Soal Penyadapan
Jokowi: Sadap Saya, yang Terdengar Blok G & Pluit
Australia Tanggapi Serius Kemarahan Indonesia