TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pemerintahan Luar Negeri, T.B. Hasanuddin, menilai Indonesia tak bakal rugi memutus sementara kerja sama militer dengan Australia. Sebab, menurut politikus PDI Perjuangan itu, hubungan kerja,sama selama ini lebih banyak menguntungkan Negeri Kanguru. "Justru hubungan kerja,sama selama ini membuat Indonesia harus banyak mengeluarkan energi untuk membantu masalah Australia," ujar Hasanuddin saat dihubungi melalui telepon selulernya, Kamis, 21 November 2013.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghentikan sementara kerja,sama militer dengan Australia. Sikap itu menyusul terkuaknya penyadapan Australia kepada Yudhoyono beserta jajarannya. Skandal penyadapan terbuka ke publik setelah The Guardian dan kelompok Fairfax Media melansirnya berdasarkan dokumen bocoran eks analis Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Edward Snowden.
Hasanuddin mencontohkan kerja sama Indonesia-Australia dalam pertukaran informasi intelijen. Kerja sama tersebut, kata dia, membantu Australia mencegah aksi-aksi terorisme terhadap warganya di dalam maupun di luar negeri.
Indonesia juga membantu masalah Australia yang menjadi negara tujuan imigran gelap. Melalui kerja sama dengan Indonesia yang menjadi jalur imigran, Australia bisa mencegah kedatangan mereka. "Dengan kerja sama ini, negara kita banyak babak belur juga karena mengerahkan puluhan kapal untuk mengawasi imigran itu," kata Hasanuddin.
Menurut Hasanuddin, Indonesia tak bakal rugi menyetop kerja sama dengan Australia. Sebab, tentara Indonesia tidak mendapatkan pendidikan militer dari Australia dikarenakan teknik perang maupun jenis senjata yang digunakan kedua negara berbeda. Jika Indonesia mengenal taktik gerilya, tidak demikian Australia.
Oleh karenanya, Hasanuddin mendukung penuh langkah pemerintah Indonesia memutus kerja sama militer itu. "Kalau perlu dibekukan saja kerja sama itu, sebelum ada itikad baik Australia memperbaiki situasi," ujarnya.
TRI SUHARMAN