TEMPO.CO, Yogyakarta-Material Gunung Merapi yang terlontar saat erupsi freatik Senin, 18 November lalu diperkirakan material lama. "Bukan material baru dari dalam perut gunung," kata Subandriyo, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, Kamis 21 November 2013.
Subandriyo memperkirakan material yang disemburkan gunung Merapi tidak lebih dari 1 juta meter kubik. Embusan keras hingga asap hitam keluar setinggi 2.000 meter itu juga mengakibatkan sumbat lava retak sepanjang 230 meter dan lebar hingga 50 meter.
Erupsi itu, kata dia, juga tidak ada hubungannya dengan erupsi Gunung Sinabung. Meskipun pada 2010 lalu, Sinabung erupsi pada September dan Merapi meletus besar pada Oktober.
Ia menyatakan, telah mengambil sampel material yang diembuskan pada erupsi lalu berupa pasir, abu, kerikil dan kemungkinan bebatuan. Kekuatan gas dari dalam perut gunung yang terakumulasi itu menyebabkan dorongan yang sangat kuat sehingga menyebabkan sumbat lava terbuka dan retak sepanjang itu.
Untuk pemasangan alat deteksi gunung di atas pasar Bubrah, saat ini masih dipersiapkan. Alat itu untuk mendeteksi aktivitas gunung dipermukaan. Sehingga sekecil apapun aktivitas merabi bisa termonitor.
Erupsi freatik memang hanya disebabkan oleh akktivitas dangkal di permukaan gunung. Namun sebelumnya juga terjadi gempa tektonik lokal dan terjadi gempa tremor. Lalu dipicu oleh gempa yang terjadi di daerah lain.
Subandriyo menyatakan, rekahan sepanjang 230 meter dengan lebar sampai 50 meter itu dari selatan ke utara di kawah Merapi. Namun, dalam data dia, retakan itu tidak menyebabkan bertambahnya deformasi (penggembungan) tubuh gunung. Sehingga diyakini material yang terlontar hanyalah material yang berada di permukaan gunung saja yaitu 230 meter kali 50 meter itu saja. "Rekahan itu terbentuk pada erupsi freatik kemarin, dugaan saya material yang terlontar adalah material lama," kata dia.
Ia menjelaskan, kalau yang terlontar adalah material baru dari perut gunung, maka EDM (Electronic Distance Measurement) akan berkembang. Namun EDM nya ternyata tidak berkembang. Sehingga balai yakin bahwa material yang terlontar itu adalah material lama. "Dengan terbentuknya rekahan dari selatan ke utara itu kami sedang mengevaluasi," kata Subandriyo.
Rekahan itu, kata dia dipelajari apakah akan mempengaruhi arah letusan yang akan datang atau tidak. Dulu, kata dia, saat ada hujan asap ke barat, letusan akan mengarah ke barat. Tetapi ternyata tidak ke barat namun ke selatan hingga timur.
MUH SYAIFULLAH
Baca juga:
Angelina Sondakh dan 'Rahasia' di Tangannya
Hukuman Angelina Sondakh Diperberat, KPK Girang
Krisis RI-Australia, TNI Tarik F-16 dari Darwin
Hacker Indonesia Lumpuhkan Situs Polisi Australia