TEMPO.CO, Bandung - Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, R Sukhyar, mengatakan sudah meminta Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Gunung Merapi di Yogyakarta untuk memperluas pemantauan. "Saya minta mereka melakukan suatu jaringan yang agak luas untuk memahami gempa-gempa yang dalam," kata Sukhyar di Bandung, Jumat, 22 November 2013.
Dia beralasan, pemantauan gempa vulkanik yang lebih dalam itu untuk memahami pengaruhnya terhadap sistem vulkanik Gunung Merapi selepas mengeluarkan letusan abu pada Senin, 18 November 2013 lalu. "Ini untuk mendeteksi fenomena yang lebih dalam lagi, apakah ada suplai baru," kata Sukhyar.
Menurut Sukhyar, kemampuan peralatan pendeteksi aktivitas kegempaan gunung api yang ada saat ini hanya menjangkau kedalaman maksimal 9 kilometer. "Maka, kita pasang sekitar Merapi itu alat untuk menjaring beberapa gempa yang dalam. Maksudnya, dalam itu lebih dari 9 kilometer," kata dia. "Kalau ada gempa-gempa itu, mana tahu itu berhubungan dengan suplai energi baru, magma baru. Itu saja."
Sukhyar mengatakan, letusan Gunung Merapi awal minggu ini disimpulkan merupakan fenomena aktivitas permukaan yang dipicu gempa bumi. Menurut dia, gempa bumi di Tasikmalaya memicu perubahan tekanan dalam sistem magma Gunung Merapi.
"Begitu ada gempa, lebih banyak gas-gas di magma yang dikeluarkan. Itu fenomena fisika biasa," kata Sukhyar.
Baca juga: Kata Ahli, Merapi Sudah Berubah
AHMAD FIKRI
Terpopuler
Ini Dia Orang Indonesia Paling Tajir
Disebut Bintang Porno, Marty: Mereka Putus Asa
Daftar Lengkap 50 Orang Indonesia Paling Kaya
Perlu Berapa Jam untuk Membobol Situs Australia?