TEMPO.CO, Jakarta - Reza Suhendar, 18 tahun, satu dari dua pemuda yang menjadi korban penembakan orang tidak dikenal di Jalan Raya Bogor kilometer 29, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Sabtu malam, 23 November 2013, merupakan anak bungsu dari pejabat Bea Cukai.
Ayah Reza, Syamsul Kamar menjabat sebagai Kepala Seksi Penyidik Bea dan Cukai di Balai Karimun, Batam. Sementara, ibunya, Rohana Hutabarat adalah staf pemeriksa dokumen di Bea dan Cukai di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. "Dia anak terakhir dari empat bersaudara," kata Tohana, saat ditemui di Markas Kepolisian Sektor Pasar Rebo, Ahad sore, 24 November 2013.
Menurut Rohana, kejadian penembakan itu tidak ada kaitannya dengan pekerjaan dirinya atau suaminya. "Saya yakin kejadian ini tak ada sangkut paut dengan pekerjaan saya dan suami di kantor. Tapi, murni percobaan perampokan," ujar wanita asal Medan ini.
Meski demikian, Rohana mengaku menyerahkan kasus ini sepenuhnya kepada kepolisian. "Biar cepat terungkap pelakunya," kata dia.
Reza dan temannya, Topik Akbar (18), ditembak orang tidak dikenal saat mengendarai sepeda motor Honda CS One B-6597-VEV di Jalan Raya Bogor kilometer 29, Pasar Rebo, Jakarta Timur, mengarah ke Kelapa Dua, Depok, Sabtu, 23 November 2013, pukul 22.00. Tembakan itu melukai kedua betis sebelah kanan mereka.
Kepala Polsek Pasar Rebo, Komisaris Didik Hariyadi mengatakan pelaku penembakan diduga perampok yang mengincar motor korban. "Dugaan sementara kedua pelaku yang juga mengendarai sepeda motor akan merampas motor korban," kata Didik kepada Tempo, Ahad.
Kejadian ini bermula saat keduanya tengah menuju tempat konser musik yang diselenggarakan di Markas Komando Brimob, Kelapa Dua, Depok. Di pertengahan jalan tepatnya di Jalan Raya Bogor kilometer 29, secara tiba-tiba baju Reza ditarik oleh orang dari belakang sebelah kiri. "Saat itu Reza minta Topik agar mengencangkan laju motornya," ujar Didik.
Kemudian, keduanya mendengar satu kali suara letusan senjata api. "Karena panik, korban terus ngebut. Tapi mereka kembali mendengar satu kali letusan senjata api," kata Didik. Letusan senjata api itu mengarah ke kaki korban. "Di Jalan akses Universitas Indonesia mereka berhenti karena merasakan sakit di kakinya. Pas dilihat betis mereka sudah berdarah," ujarnya. "Warga akhirnya membawanya ke Rumah Sakit Bhayangkara Brimob."
Polisi kemudian memindahkan keduanya ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, untuk mengambil proyektil peluru yang masih bersarang. "Proyektil pelurunya hanya satu dan sudah dikeluarkan, jadi diduga peluru itu menembus betis Reza dan kemudian (proyektil) bersarang di betis Topik," kata Didik.
AFRILIA SURYANIS