TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, mengatakan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, kurang diminati pemilih muda. "Buat yang muda, Megawati tidak ada daya tariknya. Bicaranya sedikit, penampilan konservatif, dia selera orang tua," ujar Arbi ketika dihubungi, Senin, 25 November 2013.
Menurut dia, budaya pop yang digemari kaum muda saat ini sangat mengedepankan komunikasi. Arbi mencontohkan musik, "Mereka tidak peduli liriknya apa, kalau musiknya bagus ya mereka suka," ujar Arbi. Pemilih Megawati, menurut Arbi, didominasi oleh pemilih tua.
Hal ini terjadi juga pada tokoh politik. Gubernur DKI Joko Widodo yang elektabilitasnya terus naik digemari publik karena kemampuannya berkomunikasi dan pembawaannya yang sederhana. "Setiap Jokowi ngomong selalu jadi berita karena cara dia berkomunikasi bagus, sedangkan Mega hanya mementingkan isi," ia menambahkan.
Menurut Arbi, keberadaan Jokowi dalam partai berlambang banteng tersebut membuat suara untuk PDIP naik menjadi di atas 20 persen. Padahal, pada Pemilu 2009 lalu, suara PDIP hanya 18 persen. "Elektabilitas Mega dalam survei-survei tidak sampai 10 persen, tapi suara PDIP bisa di atas 20 persen karena Jokowi," ujar dia.
Sebelumnya, seorang pejabat teras PDIP mengatakan pihaknya menyiapkan tiga skenario calon presiden. Pertama adalah memasangkan Megawati dan Jokowi, kedua mengusung Jokowi sebagai calon presiden dengan kader internal sebagai pendamping. Sedangkan pilihan ketiga adalah menyandingkan Jokowi dengan orang di luar partai.
TIKA PRIMANDARI
Berita terpopuler:
Gratis! Naik Angkot Kurang dari Satu Jam
Ini Tingkah Jokowi Diteriakin, 'Nyapres Pak!'
SBY Pernah Diperingatkan Waspadai Yusril
Farhat: Menabrak, Dosa AQJ Tak Akan Habis