TEMPO.CO, Jakarta - Bertobat itu tidak mengenal usia. Ini kisah beberapa orang waria yang sudah manula. Mereka tinggal dan kerap hadir di rumah singgah Anak Raja, milik Yulianis Retobblaut atau Mami Yuli, yang terletak di kawasan Cinere, Depok.
Siang itu, pada 20 November 2013, ada tiga orang yang diwawancarai Tempo mengenai kehidupan masa lalunya selama menjadi waria. Ada Oma Yoti dan Oma Hengky, keduanya berusia 70-an. Ada pula Oma Yuyun yang beberapa tahun lebih muda dari kedua temannya.
"Saya memutuskan untuk berhenti jadi PSK saat kembali ke Indonesia sekitar 1998. Saat itu Pak Soeharto baru turun," kata Oma Yoti dengan suaranya yang agak parau.
Waktu yang cukup lama sempat ia habiskan di Singapura dan Johor, Malaysia, untuk menjajakan diri dan menjadi waria simpanan di sana.
Sepulang dari Malaysia, Oma Yoti sempat berpikir untuk berhenti menjadi waria. Namun, tuntutan hidup masih menggoda dirinya untuk sesekali menjajakan diri sambil menghadapi persaingan dengan waria yang lebih muda.
"Lama-lama saya merasa capek juga. Mau sampai kapan kayak gini, sekarang saya di sini tidak mau mengingat masa lalu. Saya tidak tahu diberi umur sampai kapan. Saya ingin berbuat kebaikan saja," kata Oma Yoti.
Lain cerita dengan Oma Hengky. Secara fisik dirinya kini sama sekali tidak terlihat seperti waria. Oma Hengky menggunakan kemeja putih gading dan celana panjang. Rambutnya terkesan gondrong dan nyaris putih semua. "Saya tobat jadi waria sekitar umur 40-an," kata Oma Hengky.(Baca : Kisah Chenny Han dari Taman Lawang ke Las Vegas)
Pria kelahiran Bandung 70 tahun lalu itu bercerita awal mula dia memutuskan untuk bertobat, di antaranya setelah mengalami penculikan. Saat itu dia bernazar, kalau bisa selamat akan potong rambut dan kembali jadi laki-laki. "Ternyata benar pas itu dapat mukjizat saya selamat," katanya.
AISHA
Berita Terpopuler
Makan Kacang Bikin Umur Panjang
500 Nasabah Anak Bermain dalam Beragam Profesi
HIPPI Mengajak Masyarakat Cinta Produk Indonesia
Pakai Obat Kumur, Hadiah Nonton Piala Dunia 2014
Mami Yulie: Kami Butuh Pengakuan