TEMPO.CO, Depok - Sampah di Kota Depok sudah sebulan tak diangkut ke tempat pembuangan akhir. Hasilnya, sampah menumpuk bahkan meluber ke jalan dekat tempat pembuangan sementara. Bau menyengat pun meruap ke mana-mana.
Kepala Seksi Operasional Sampah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, Bambang D.S, mengakui adanya penumpukan sampah itu. Menurut dia, penanganan sampah terhambat karena terbatasnya jumlah truk sampah. "Baru awal 2014 akan didatangkan 10 truk. Mudah-mudahan bisa maksimal," kata Bambang, Senin, 25 November 2013.
Selain itu, menurut Bambang, retribusi sampah banyak yang belum dibayarkan. Padahal, jika dihitung per bulan, retribusi sampah di Depok sebesar Rp 2,4 juta setiap TPS, seperti yang diatur dalam Peraturan Daerah Tahun 2012. "Ini peran pengurus RW-nya. Kalau retribusinya tak dibayar, ya enggak bisa," kata dia.
Ketua RT 3 RW 6 Pondok Cina, Marlianah, 36 tahun, membantah pihaknya tak membayar retribusi. Menurut dia, pihaknya sudah memberikan uang sampah kepada petugas sebesar Rp 500 ribu setiap bulan. Namun, sampah di Jalan Jambu, Beji, juga lama menumpuk. "Setiap bulan kami kasih uang Rp 500 ribu kepada petugas, belum makan-minumnya pas ambil sampah," kata Marlianah.
Warga Tanah Baru, Yulia, 32 tahun, mengatakan sampah tersebut dibiarkan menumpuk selama berminggu-minggu. Padahal, petugas pengangkut sampah dari Dinas Kebersihan biasanya mengambil sampah itu sebanyak dua kali sepekan. "Baunya sangat mengganggu. Belum lagi sampah itu menghalangi jalan," katanya.
Dinas Kebersihan kemarin akhirnya membersihkan tumpukan sampah di empat lokasi, yakni di RT 3 RW Pondok Cina, Beji, dan tiga tempat di Jalan Tanah Baru, Beji. Koordinator penanganan sampah wilayah Beji, Nasrudin, mengatakan dibutuhkan ekskavator untuk mengambil sampah guna dimasukkan ke truk. "Truk harus bolak-balik enam kali untuk buang sampah ke tempat pembuangan akhir Cipayung," ujarnya.
ILHAM TIRTA
Metro Populer:
Anak Pejabat Jadi Korban Penembakan di Pasar Rebo
Tabrakan Maut Depok, Tersangka Konsumsi Obat Flu
Mengapa Proyek Jalan Layang Casablanca Mandek?
Jalur 'Suci' Transjakarta