TEMPO.CO, Jakarta - Kekecewaan tampak begitu dalam di wajah Dakkir, 40 tahun. Warga Desa Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, ini terpaksa memapah kembali Yamma, 70 tahun, ibunya, ke dalam mobil sewaan.
"Ibu enggak bisa diperiksa. Katanya dokter mogok sampai besok," kata Dakkir saat ditemui di halaman parkir gedung IRD Rumah Sakit Syarifah Ambami Rato Ebu (Syamrabu), Bangkalan, Rabu, 27 November 2013.
Niatnya, kata dia, sang ibu rencananya hari ini akan diperiksakan ke dokter syaraf karena sudah hampir tiga hari mengalami sakit kepala hebat. "Tapi sampai di sini malah tidak bisa berobat," ujarnya.
Dia mengaku kecewa pada aksi mogok tenaga medis tersebut, karena jarak Tanjung Bumi ke Bangkalan sangat jauh dan menghabiskan banyak biaya perjalanan.
Kepala Rumah Sakit Syamrabu Yusro membenarkan bahwa seluruh pelayanan praktek dokter sepanjang hari ditutup, karena para dokter yang bertugas sedang menggelar aksi solidaritas atas ditahannya dokter Ayu karena dugaan kasus malpraktek di Manado. "Baru buka lagi besok," katanya kepada wartawan.
Namun, dari pantauan, tidak semua layanan di Rumah Sakit Syamrabu ditutup karena aksi solidaritas tersebut. Layanan Unit Gawat Darurat tetap dibuka tapi hanya melayani pasien emergency. "Pemeriksaan pasien rawat jalan tetap berjalan karena ada dokter jaga," kata Yusro.
Sementara itu, sekitar 70-an dokter se-Kabupaten Bangkalan menggelar aksi di halaman Rumah Sakit Syamrabu. Mereka memprotes aksi kriminalisasi dokter yang terjadi di Manado. "Dokter punya SOP dalam bekerja, tidak mungkin sengaja membahayakan pasiennya," kata koodinator aksi, Abdul Hamid.
Selain berorasi, para dokter juga menggalang tanda tangan dan pernyataan sikap yang disampaikan ke Kajaksaan Negeri dan Polres Bangkalan.
MUSTHOFA BISRI