TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan terbatas yang dialami mata uang utama dunia terhadap dolar Amerika Serikat membuat posisi rupiah tidak jauh beranjak dari posisi kemarin. Dalam perdagangan mata uang pagi ini, rupiah ditransaksikan di level 11.690 per dolar Amerika (Bloomberg). Sementara kurs referensi (Jisdor) Bank Indonesia kembali melemah ke level 11.813 per dolar.
Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta memaparkan, lelang surat utang negara berdenominasi dolar pada Senin, 25 November 2013 ternyata kurang menggembirakan. Dari target US$ 450 juta, penawaran yang masuk hanya US$ 238 juta. "Dari total penawaran yang masuk, hanya US$ 190 juta yang diserap," kata dia dalam riset hariannya.
Hal tersebut menandakan kondisi likuiditas dolar yang semakin menipis di pasar domestik. Tidak heran Bank Indonesia secara konsisten terus mendorong pelemahan rupiah terhadap dolar agar likuiditas dolar di pasar tetap terjaga.
Rencana pemerintah untuk menaikkan pajak impor dari 2,5 persen menjadi 7,5 persen sepertinya juga kurang mendapat sambutan yang baik. Minimnya pengaruh terhadap perlambatan impor menjadi alasan utama. "Proporsi barang yang akan terkena pengaruh hanya 6,2 persen dari total impor," kata Rangga menjelaskan.
Sementara itu, mata uang utama dunia justru berbalik arah terhadap dolar, kecuali dolar Australia yang melemah 0,37 persen lebih karena isu domestik. Mata uang Euro menguat 0,41 persen kemarin pada saat harga minyak terpangkas.
Dini hari tadi pasar Amerika ditutup hampir tidak berubah. "Data harga rumah yang diumumkan memang membaik, tetapi indeks tingkat keyakinan konsumen yang masih di bawah harapan membuat sentimen jual masih bertahan di pasar," ujar Rangga.
PDAT | M. AZHAR
Terpopuler
Ruhut Tantang Jokowi Berdebat
Ditantang Ruhut, Jokowi: Kalau Cebur Kali, Ayo
Bos PT Wika Dimakamkan di Pekuburan Rp 2,6 M
Ditolak Nur Mahmudi, Ini Kata Jokowi