TEMPO.CO, Jakarta - Aksi intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) diharapkan mampu membuat kondisi rupiah membaik. Meski sempat menyentuh level 11.820 per dolar Amerika pada perdagangan pekan lalu, rupiah akhirnya dapat kembali bergerak di kisaran 11.690 hingga 11.780 per dolar Amerika.
Ekonom PT Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menuturkan, arah penguatan rupiah kemungkinan dipicu oleh aksi intervensi BI. Menurut dia, anomali nilai tukar rupiah di tengah penguatan sebagian mata uang Asia lainnya membuat BI berupaya keras menjaga level aman rupiah.
“Sepertinya BI berkeinginan menjaga rupiah dalam kisaran Rp 11.600 hingga Rp 11.730 per dolar Amerika,” ujarnya, Rabu, 27 November 2013.
Lana menambahkan, arah pergerakan rupiah sebenarnya masih sangat dipengaruhi oleh sentimen dari stimulus bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
Perkembangan data ekonomi Amerika yang masih belum membaik menguatkan persepsi bahwa pengurangan stimulus tidak akan terjadi dalam waktu dekat. “Indeks keyakinan konsumen bulan November yang turun ke level 70,4 menjadi yang terendah dalam tujuh bulan terakhir,” Lana menerangkan.
Analis PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengingatkan, tren rupiah masih akan melemah. Pasalnya, rilis data-data ekonomi yang memburuk telah membuat investor asing mulai meragukan investasi berbentuk portofolio rupiah. “Investor asing mulai melihat Indonesia sebagai negara dengan profil investasi yang cukup berisiko,” ujarnya.
Hingga pukul 12.30 WIB, kurs rupiah berada pada posisi 11.785 per dolar Amerika. Pada saat yang bersamaan, yen Jepang bergerak ke level 101,49 per dolar Amerika dan dolar Singapura 1,25 per dolar Amerika.
PDAT | MEGEL JEKSON