TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menyebut Rp 300 triliun telah dibakar sia-sia per tahun. "Untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik," ujarnya dalam Annual Forum Energy and Environment Partneship (EEP) with Indonesia, Rabu, 27 November 2013.
Ia menjelaskan, sebagian listrik yang menerima subsidi Rp 100 triliun per tahun masih diproduksi pembangkit berbahan bakar solar impor, yang harganya semakin meningkat. Rida menuturkan, 95 persen energi Indonesia didominasi fosil, yaitu minyak dan gas bumi serta batu bara.
"Dampaknya makin terasa, Indonesia bergantung pada impor minyak bumi serta produk minyak bumi," ucapnya. Kebutuhan minyak bumi di Indonesia mencapai 1,3 juta barel per hari. Sementara produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi 850 ribu barel per hari. Untuk kekurangannya, Indonesia harus melakukan impor.
Ia menilai devisa yang terpakai untuk impor minyak bumi akan mengancam ketahanan energi. Menurut Rida, kondisi semacam itu akan membuat subsidi membengkak.
Menteri ESDM Jero Wacik mencanangkan Catur Dharma Energi yang mencakup empat aspek untuk mengatasi kondisi energi dalam negeri.
Pertama, pencarian sumber baru minyak dan gas bumi. Rida menyebut eksplorasi di kawasan Indonesia timur masih belum maksimal karena keterbatasan infrastruktur dan kondisi alam. "Kebanyakan adalah off-shore dan deep sea yang butuh teknologi serta investasi besar," kata dia.
Kedua, mengganti pemakaian minyak tanah ke elpiji untuk mengurangi ketergantungan terhadap BBM. "Sorry to say, masa kita tergantung pada Singapura sih?" ucap Rida. Ia menjelaskan, pada masa mendatang, akan ada banyak kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas.
Ketiga, pemerintah sudah mengganti penggunaan listrik dengan solar cell untuk menekan ketergantungan atas solar impor.
Keempat, mengganti sebagian BBM dengan bahan bakar nabati (BBN). Rida mengungkapkan, Indonesia memiliki crude palm oil (CPO) yang melimpah. Ia menilai pemerintah perlu menciptakan pasar dalam negeri untuk CPO.
MARIA YUNIAR