TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat, Wiranto, mengatakan banyak orang yang menilai bahwa pencalonannya sebagai presiden bersama Hary Tanoesoedibjo sebagai calon wakil presiden dianggap terlalu cepat, layu, dan cenderung nekat.
"Kami dianggap mendeklarasikan diri belum waktunya, layu sebelum berkembang, dan bondo nekat, tapi biar ajalah," kata Wiranto, yang disambut tepuk tangan peserta seminar kepemimpinan di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Kamis, 28 November 2013.
Menteri Pertahanan di era pemerintahan Soeharto dan Abdurrahman Wahid itu tidak akan terpengaruh dengan pandangan orang tersebut. Ia yakin jalan politik yang diambilnya sudah melalui pertimbangan dan pengkajian yang cukup matang.
Ia menguraikan dirinya sengaja mendeklarasikan diri pada Juli lalu karena yakin pendeklarasian setelah pemilu legislatif 2014 tidak efektif. Alasannya, waktu digelarnya pemilihan legislatif dan presiden sangat mepet. "Calon yang mendeklarasikan diri tidak akan cukup waktu untuk dikenal rakyat," ujarnya.
Ia mengaku memilih Hary Tanoe sebagai pasangan karena Hari mampu merangkul prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Hary, sebagai etnis Cina yang minoritas, dan Wiranto sebagai mayoritas dianggap mampu merangkul semua kalangan. "Kami akan melakukan hal terbaik untuk bangsa," kata dia.
Wiranto menambahkan, dirinya yang dari kalangan militer dan Hary sebagai pengusaha juga melengkapi kebutuhan Indonesia pada masa mendatang. Ketegasan, kata dia, diperlukan untuk melahirkan kepemimpinan yang bersih.
Adapun peningkatan ekonomi membutuhkan kepemimpinan yang mengerti dengan sejumlah persoalan ekonomi pula. "Pemimpin yang bersih itu bukan lamban dan sedikit-sedikit ngeluh," kata Wiranto sembari tertawa. Ia kembali disambut aplaus peserta seminar.
TRI SUHARMAN
Baca juga:
Tiga Keluhan Nur Mahmudi kepada Jokowi
Tak Mogok, Dokter di RS Fatmawati Kenakan Baju Hitam
Anggota Fraksi PKS Anggap Wajar Dokter Mogok
Prabowo Akan Temui Megawati