TEMPO.CO, Banyuwangi -- Puluhan aktivis peduli lingkungan yang tergabung dalam Banyuwangi's Forum for Environmental Learning (BaFFEL) menggelar aksi unjukrasa di Pantai Cacalan, Selat Bali, Banyuwangi, Jawa Timur. Aksi tersebut untuk menolak rencana eksploitasi tambang emas oleh PT Bumi Suksesindo di Gunung Tumpang Pitu, Banyuwangi.
Pengunjukrasa membentangkan spanduk sepanjang 10 meter bertuliskan: "Tambang Emas Membunuh Laut Banyuwangi". Juru bicara BaFFEL, Rosdi Bahtiar Martadi mengatakan, sekitar 22.955 nelayan Banyuwangi yang akan terancam nafkahnya jika laut Banyuwangi tercemar oleh limbah tambang emas Tumpang Pitu.
"Bila dihitung dengan keluarga nelayan, maka tambang emas itu akan mengancam 91.820 warga Banyuwangi," ujar Rosdi, Minggu 1 Desember 2013. Jumlah tersebut, kata dia, bisa membengkak jika ditambah dengan ribuan buruh industri perikanan yang akan terdampak.
Menurut Rosdi, tidak ada yang bisa menjamin limbah perusahaan tambang tidak akan bocor ke laut. Sebab dengan metode pertambangan terbuka (open pit), PT BSI akan mengupas tanah Gunung Tumpang Pitu sebanyak 41.095,89 ton setiap harinya. Apalagi zat kimia sianida yang dipakai untuk pemisahan bijih emas berbahaya bila sampai mencemari lingkungan.
Rosdi menambahkan, seharusnya Pemkab Banyuwangi lebih berpihak kepada potensi perikanan laut daripada tambang emas yang tak dapat diperbarui. Potensi perikanan laut juga mengantarkan Banyuwangi meraih identitas sebagai bandar ikan Indonesia terbesar di Indonesia. "Jika laut sudah tercemar, maka identitas itu hanya tinggal sejarah", katanya.
PT Bumi Suksesindo akan melakukan pertambangan terbuka di Gunung Tumpang Pitu pada 2016 mendatang. Hal itu setelah Bumi Suksesindo mengantongi SK Menteri Kehutanan Nomor 826/2013 tertanggal 19 November 2013 yang menyetujui alih fungsi hutan lindung menjadi hutan produksi di gunung tersebut seluas 1.942 hektare.
Sebelumnya, juru bicara PT Bumi Suksesindo, Musmin Nuryandi, mengatakan perusahaannya menargetkan penambangan emas di Gunung Tumpang Pitu, Kecamatan Pesanggaran itu menghasilkan 2,7 ton emas per tahun. Hal itu berdasarkan hasil eksplorasi bahwa 1 ton batuan di gunung tersebut mengandung 0,9 gram emas. Bumi Suksesindo akan memproduksi 3 juta ton batuan per tahun atau 24 juta ton batuan dalam jangka delapan tahun.
Dia menjelaskan, pertambangan emas tersebut tidak akan mencemari lingkungan meski menggunakan zat kimia sianida. Sebab, perusahaannya menggunakan sistem pengolahan heap leaching atau pelindian tumpukan. Sistem ini dilakukan dengan cara menyiramkan larutan sianida menggunakan sprinkler pada tumpukan batuan emas yang sudah dicampur batu kapur. Air yang mengalir di dasar tumpukan lalu disalurkan dan ditampung untuk proses berikutnya. "Jadi, tidak ada limbah yang dibuang ke laut dan tanah."
Pemerintah Banyuwangi sendiri telah mendapatkan 10 persen saham dari PT Merdeka Serasi Jaya, perusahaan yang memiliki 100 persen saham PT Bumi Suksesindo. Sepuluh persen saham tersebut setara Rp 10 miliar yang dikonversi dengan 10 ribu lembar saham milik perusahaan.
IKA NINGTYAS