Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Thailand Diam-diam Perdagangkan Pengungsi Rohingya  

Editor

S Tri P Bud

image-gnews
Imigran ilegal asal suku Rohingya Myanmar. ANTARA/Irwansyah Putra
Imigran ilegal asal suku Rohingya Myanmar. ANTARA/Irwansyah Putra
Iklan

TEMPO.CO, Bangkok - Suatu sore di bulan Oktober, di wilayah tak bertuan antara Thailand dan Myanmar, Muhammad Ismail lenyap. Pejabat imigrasi Thailand mengatakan ia dideportasi ke Myanmar. Benarkah demikian?

Penelusuran Reuters, Ismail dan ratusan pengungsi lainnya masuk dalam "bursa" perdagangan manusia. Dia dipekerjakan di kamp-kamp di tengah hutan.

Reportase investigasi Reuters di tiga negara menemukan adanya kebijakan rahasia untuk melenyapkan pengungsi Rohingya dari pusat-pusat penahanan imigrasi Thailand. Para pembeli sudah menunggu dengan perahu di tengah laut.

Mereka kemudian diangkut melintasi Thailand selatan dan "disimpan" di dalam kamp yang tersembunyi di dekat perbatasan dengan Malaysia sampai kerabat mereka membayar ribuan dolar untuk membebaskan mereka.

Berdasarkan pengendusan Reuters dan kesaksian warga Rohingya yang ditahan di sana, lokasi penahanan mereka ada di dekat sebuah desa bernama Baan Klong Tor. "Dalam jumlah tak terhitung, mereka meninggal di sana," kata salah seorang saksi.

Seorang narasumber di kepolisian Thailand mengakui adanya kebijakan rahasia yang disebut "opsi kedua" ini. Opsi yang dimaksud adalah menyingkirkan etnis Rohingya dari fasilitas penahanan.

Ismail pada Reuters mengaku dirinya termasuk salah satu di antara lima pemuda Rohingya yang dijual para pejabat imigrasi Thailand. "Tampaknya begitu resmi pada awalnya," kata Ismail. "Mereka memotret dan mengambil sidik jari kami. Mereka kemudian ke perahu yang menunggu di laut dan 20 menit kemudian kembali untuk memberitahu kami telah dijual."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ismail mengatakan ia digiring ke perahu, kemudian menempuh jalan darat dan berakhir di sebuah kamp di Thailand selatan. Kamp dijaga oleh pria-pria bersenjata lengkap. "Setidaknya satu orang meninggal setiap hari karena dehidrasi atau penyakit."

Bozor Mohammed, pengungsi Rohingya lainnya, mengaku mengalami kelaparan dan beberapa kali pemukulan, sementara sang penyandera terus meneror keluarganya meminta tebusan US$ 2.000.

Pengungsi yang tak ditebus keluarganya akan dikirim ke perusahaan pelayaran atau pertanian. Mereka dijual seharga 5.000 sampai 50 ribu baht, atau antara US$ 155 dan US$ 1.550, sesuai keahlian mereka.

The Arakan Project, sebuah kelompok advokasi Rohingya yang berbasis di Thailand, mengatakan telah mewawancarai puluhan warga Rohingya yang pernah disekap di kamp rahasia. "Banyak dari mereka yang tidak dapat membayar berakhir sebagai juru masak atau penjaga di kamp-kamp itu," kata Chris Lewa, Direktur Arakan Project.

Tarit Pengdith, Kepala Departemen Investigasi Khusus, badan setara setara FBI di Thailand, membenarkan adanya kamp-kamp itu. "Kami telah mendengar tentang kamp-kamp ini di Thailand selatan," katanya, "Tapi kami tidak menyelidiki masalah ini."

REUTERS | TRIP B

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

29 Januari 2021

Pendukung Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) memegang foto konselor Myanmar Aung San Suu Kyi ketika menunggu hasil penghitungan suara pemilu Myanmar di markas partai di Yangon, Myanmar, 8 November 2020.[REUTERS]
Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

Militer Myanmar menuduh pemilu diwarnai kecurangan dan tidak mengesampingkan kemungkinan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi


Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

10 Februari 2018

Ke-10 pria Rohingya yang ditangkap sebelum dibantai warga Buddha dan tentara Myanmar di Inn Din, Rakhine, Myanmar, 2 September 2017. Di antara 10 pria Rohingya tersebut merupakan nelayan, penjaga toko, seorang guru agama Islam dan dua remaja pelajar sekolah menengah atas berusia belasan tahun. Laporan pembantaian ini ditulis oleh dua wartawan yang kini diadili pemerintah pimpinan Aung San Suu Kyi. REUTERS
Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

Dua orang disiksa hingga tewas, sedangkan sisanya, warga Rohingya, ditembak oleh tentara.


Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

27 September 2017

Seorang bocah Rohingya menangis di tengah antreatn saat berdesakan untuk mendapatkan bantuan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 25 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

Militer Myanmar?kembali menemukan 17 jasad umat Hindu?di sebuah kuburan massal di Rakhine dan ARSA dituding sebagai pelakunya.


Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

26 September 2017

Suasana antrean pengungsi Rohingya untuk mendapatkan bantuan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 25 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

Dewan Keamanan PBB akan bertemu lusa untuk membahas penindasan Rohingya di Myanmar.


Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

26 September 2017

Seorang anak pengungsi muslim Rohingya digendong ibunya saat berdesak-desakan untuk mendapatkan bantuan makanan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 21 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

Pasukan militer?Myanmar mulai membuka satu persatu?tudingan?kekejaman?oleh?milisi Rohingya atau ARSA.


Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

25 September 2017

Sidang perdana tim pencari fakta PBB untuk Rohingya di Jenewa, 19 September 2017. Yuyun Wahyuningrum
Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

Pengadailan Rakyat Internasional menyimpulkan Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas muslim Rohingya.


Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

23 September 2017

Petugas mendata pengungsi Rohingya sebelum membagikan paket bantuan dari Indonesia di kamp pengungsian Thaingkali, Ukhiya, Bangladesh, 21 September 2017.  Bantuan kemanusiaan dari Indonesia telah sampai di Bangladesh dalam 8 kali pengiriman dengan pesawat
Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

Kedua jurnalis Myanmar ini berpengalaman bekerja untuk berbagai media internasional.


Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

6 September 2017

Penduduk desa Hindu berteduh di sebuah kuil di Myoma Ward Myhum Town, Myanmar. Hindu Youth Relief Group
Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

Sebagian warga Hindu mengungsi ke Banglades dan tinggal berdampingan dengan warga Muslim Rohingya.


Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

5 September 2017

Pesawat Myanmar yang hilang. Facebook/Commander in Chief Office
Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

Satu pesawat tempur militer Myanmar hilang saat melakukan pelatihan penerbangan di wilayah selatan Ayeyarwady.


Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

27 Agustus 2017

Sejumlah warga negara Amerika Serikat mengikuti parade ASEAN di Silang Monas, 27 Agustus 2017. TEMPO/Maria Fransisca
Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan di negara tersebut dengan memegang prinsip non-intervensi.