TEMPO.CO, Jakarta - Salah seorang penumpang KRL 1131 jurusan Serpong-Tanah Abang, Nafi, mengatakan jarak antara tabrakan dan ledakan sekitar 5 menit. Nafi, yang saat itu ada di gerbong keempat, mengatakan kondisi di dalam kereta cukup padat.
Kejadian ini bermula ketika kereta tersebut melintas di Bintaro, Ulujami, Jakarta Selatan. Sebuah truk pengangkut bahan bakar minyak milik PT Pertamina diduga memaksa menerobos perlintasan kereta, meski tanda peringatan telah dibunyikan.
"Ada bunyi benturan dari depan, tiba-tiba kereta berhenti," kata Nafi. Awalnya, para penumpang menduga listrik mati, tapi guncangan yang terlalu keras membuat penumpang panik. Saat itu waktu menunjukkan pukul 11.11 WIB.
Penumpang semakin gelisah karena AC dan lampu di dalam kereta mati. Tiba-tiba, seorang penumpang berteriak karena melihat ada asap tebal plus api dari gerbong paling depan.
Penumpang semakin panik karena pintu tidak bisa dibuka meski telah dipaksa. Penumpang lain mencoba membuka jendela. Setelah terbuka, mereka menurunkan anak-anak. Tak berselang lama, pintu pun terbuka dan penumpang berloncatan.
Tiba-tiba Nafi mendengar tiga kali bunyi ledakan. "Semburan panasnya terasa sampai gerbong keempat," ujarnya. "Jarak dari tabrakan pertama dengan ledakan cuma 5 menit," katanya. Simak perkembangan kecelakaan kereta Bintaro di sini.
SYAILENDRA
Berita terkait:
Tabrakan Bintaro, Korban Berguling di Gerbong
Tabrakan Kereta Bintaro, 128 Rute ke Serpong Kacau
78 Nama Korban Tabrakan Kereta Bintaro
Efek Tabrakan Bintaro, Penumpang KRL Telantar