TEMPO.CO, Jakarta - Dojo pemusatan latihan nasional (pelatnas) karate di salah satu sudut pintu IX Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, selalu dipenuhi suara teriakan yang bersahut-sahutan. Teriakan itu berasal dari karateka nomor kumite (pertarungan). Mereka memang biasa berteriak saat berhasil mendaratkan pukulan atau menjatuhkan lawannya.
Salah satu suara teriakan datang dari karateka paling senior, Umar Syarief. Sebenarnya, pria 36 tahun itulah yang paling sering berteriak, bahkan saat pukulan dan tendangan belum dilancarkan. Gerakan tubuh dan raut muka yang ia buat tampaknya untuk membuat lawan tandingnya makin panas.
Umar pria yang energik dan ekspresif. Ia tipe orang yang pecicilan. Di sela-sela latihan, lelaki kelahiran Sidoarjo, 15 April 1977, itu sering tertawa dan bersenda gurau dengan para juniornya. Saat menyanyikan lagu Padamu Negeri di pengujung latihan, dia adalah salah satu atlet yang paling bersemangat.
"Tujuan saya di sini adalah memotivasi mereka yang junior," kata Umar saat berbincang dengan Tempo seusai latihan, Senin, 9 Desember 2013. "Mereka harus melihat. Di usia saya seperti ini saja masih semangat dan kuat. Apalagi mereka yang muda. Seharusnya lebih bersemangat."
Umar termasuk salah satu karateka paling senior di timnas. Dari data yang diberikan Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (PB Forki), sebagian besar atlet berusia 20-an tahun. "Saya bangga hingga sekarang masih dipercaya membela Indonesia, apalagi dengan usia seperti ini," kata dia.
Hal lain yang ingin ia bagikan kepada karateka muda adalah sikap ikhlas. "Berada di pelatnas itu pengorbanan. Kadang kita harus korban materi, keluarga," kata dia. "Tapi, kami harus tetap semangat. Tidak boleh lemah sekalipun ada berbagai keterbatasan. Tidak peduli sekalipun ada kekurangan di sana-sini."
Di SEA Games, Umar bak pendekar. Sejak 1997, belum pernah ada seorang pun yang bisa mengalahkan dirinya di nomor kumite kelas +80 kilogram putra. Namun ia sempat absen pada SEA Games 2007 lantaran harus menjalani operasi ligamen.
Menurut Umar, ia bisa bertahan lama sebagai juara SEA Games karena dirinya total menjalani kehidupan sebagai karateka. Selain menjadi atlet, Umar juga memiliki pusat latihan karate di St. Gallen, Swiss, negara tempat ia tinggal sekarang. "Saya selalu menjaga rutinitas latihan dan pola makan saya," ujarnya.
Melihat rekam jejak dan kegiatan sehar-harinya, kemungkinan ia kembali meraih medali emas pada SEA Games di Myanmar kali ini tentunya tidak lagi menjadi pertanyaan. Namun, ia tidak jemawa. "Semua lawan pasti berjuang. Pasti mereka ingin menang. Jadi saya juga harus berjuang. Saya harus tetap fokus dan respek terhadap lawan," kata dia. Simak liputan SEA Games Myanmar di sini.
GADI MAKITAN