Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jenis Burung Liar di Yogyakarta Bertambah  

image-gnews
REUTERS/Thomas Krumenacker
REUTERS/Thomas Krumenacker
Iklan

TEMPO.CO, Sleman - Jumlah jenis burung liar di Daerah Istimewa Yogyakarta bertambah banyak. Pada 1995 hanya tercatat sebanyak 140 jenis burung liar saja. Pada pengujung 2013, tercacat sebanyak 338 jenis burung liar. Berarti, 67 persen dari 508 jenis burung di Pulau Jawa ada di daerah istimewa ini.

"Jumlah ini menunjukkan tingginya keragaman jenis burung di daerah ini," kata Imam Taufiqurrahman, Direktur Eksekutif Yayasan Kutilang Indonesia, Senin, 9 Desember 2013.

Peningkatan jumlah jenis burung liar ini karena masyarakat sudah mulai sadar bahwa burung itu indah jika berada di alam, bukan di kurungan atau sangkar. Meskipun masih banyak masyarakat yang memelihara burung dalam sangkar, namun dengan bertambahnya jenis burung liar menandakan semakin banyak masyarakat yang sadar soal lingkungan.

Selain itu, keberadaan para pengamat dan pemerhati burung yang ada di Yogyakarta juga berperan. Dalam dua dekade terakhir, jumlah pengamat burung liar di Yogyakarta mengalami peningkatan pesat. Mereka umumnya merupakan mahasiswa yang membentuk kelompok-kelompok pengamat burung di kampusnya. "Mereka berperan sebagai mata dan telinga bagi upaya konservasi burung liar," kata dia.

Hampir setiap minggu para pengamat burung mengadakan kegiatan pengamatan burung atau hunting foto burung di berbagai wilayah di Yogyakarta. Baik perorangan, dalam kelompok kecil, hingga kegiatan yang melibatkan puluhan orang.

Jenis burung liar temuan baru ini antara lain beberapa jenis merupakan temuan baru yang dulu sudah tidak ada. Yaitu kaki-rumbai merah (Phalaropus fulicaria), kedidi pektoral (Calidris melanotos) dan cerek kalung-besar (Charadrius hiaticula). Burung-burung itu tercatat berada di kawasan Pantai Trisik, Kulon Progo.

"Jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok burung pantai migran ini sebelumnya hanya terpantau di beberapa lokasi di Asia Tenggara, namun tidak sampai di Indonesia," kata Imam.

Pantai Trisik menjadi lokasi persinggahan...

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Arti Logo Pameran Flona 2023 di Langan Banteng, Berlangsung hingga 16 Oktober 2023

16 September 2023

Pengunjung melihat koleksi tanaman yang dipamerkan dalam Festival Flora dan Fauna (Flona) 2022 di Taman Lapangan Banteng, Jakarta, Rabu 31 Agustus 2022. Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta kembali menggelar Festival Flora dan Fauna (Flona) 2022 di Taman Lapangan Banteng yang berlangsung hingga 26 September 2022. TEMPO/Subekti.
Arti Logo Pameran Flona 2023 di Langan Banteng, Berlangsung hingga 16 Oktober 2023

Logo Flona 2023 melambangkan Jakarta mendukung Nusantara sebagai Ibu kota baru


Delapan Ekowisata Mangrove di Indonesia yang Kerap Dikunjungi

1 Agustus 2022

Wisatawan di kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo. Dok.TEMPO/Fully Syafi
Delapan Ekowisata Mangrove di Indonesia yang Kerap Dikunjungi

Ekowisata mangrove, yakni wisata edukasi yang mengutamakan keindahan alami dari hutan mangrove serta makhluk hidup di dalamnya.


Papua Dorong Penetapan Kawasan Ekosistem Penting untuk Lindungi Flora dan Fauna

22 Mei 2022

Kepala seksi konservasi hutan bidang perlindungan Dinas Kehutan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua Ahmad Syaifudin saat menandatangani berita acara pelepasliaran 38 Satwa Endemik Papua. (ANTARA/Ardiles Leloltery)
Papua Dorong Penetapan Kawasan Ekosistem Penting untuk Lindungi Flora dan Fauna

Kawasan ekosistem penting tersebut akan dikelola oleh berbagai pihak, termasuk masyarakat adat setempat.


BRIN: 88 Temuan Spesies Baru 2021, Mayoritas dari Sulawesi

28 Januari 2022

Jenis baru kumbang moncong Trigonopterus corona dari Sulawesi. Foto : Humas BRIN CSC Cibinong
BRIN: 88 Temuan Spesies Baru 2021, Mayoritas dari Sulawesi

BRIN mengumumkan hasil temuan spesies flora dan fauna sepanjang 2021. Berkolaborasi dengan peneliti asing,


Ingin Tahu Flora dan Fauna Khas Indonesia, Bisa Lihat di Pecahan Uang Rupiah

16 November 2021

Seekor burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) bertengger di dalam Pura Penataran Agung Ped setelah dilepas liarkan di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali, Senin 2 April 2012. Tempo/Johannes P. Christo.
Ingin Tahu Flora dan Fauna Khas Indonesia, Bisa Lihat di Pecahan Uang Rupiah

Dalam pecahan uang rupiah terdapat beragam gambar flora dan fauna khas Indonesia, dari jalak bali, burung kepodang hingga anggrek larat, bunga jeumpa


Wisata Edukasi Virtual Kebun Raya Bogor, Tetap Bisa Piknik Sambil Belajar

5 Oktober 2021

Museum Zoologi, Kebun Rakyat Bogor.  Neneng/Kelanaku.com
Wisata Edukasi Virtual Kebun Raya Bogor, Tetap Bisa Piknik Sambil Belajar

Kebun Raya Bogor telah mengjadirkan layanan wistaa edukasi virtual itu bagi pelajar dan mahasiswa selama pandemi.


58 Tahun IPB, Pernah Bergabung dengan Universitas Indonesia

1 September 2021

Ilustrasi Institut Pertanian Bogor (IPB). dok.TEMPO
58 Tahun IPB, Pernah Bergabung dengan Universitas Indonesia

Hari ini, IPB genap 58 tahun, Begini ceritanya pernah bergabung dengan Universitas Indonesia di suatru masa.


Konsep Mini Zoo Makin Marak Sebagai Destinasi Wisata

7 April 2021

Kampung Anggrek memiliki fasilitas kebun binatang mini. TEMPO/Hari Tri Warsono
Konsep Mini Zoo Makin Marak Sebagai Destinasi Wisata

Konsep mini zoo, mirip dengan kebun binatang, tapi dengan lingkup dan jumlah satwa yang lebih sedikit, berikut tempat makan dan penginapan.


Nicholas Saputra Suka Isu Lingkungan Berawal dari Terpaksa...

25 Desember 2019

Nicholas Saputra. TEMPO/Budi Setyarso
Nicholas Saputra Suka Isu Lingkungan Berawal dari Terpaksa...

Nicholas Saputra memproduksi film panjang bertema lingkungan berjudul Semes7a. Ternyata awal mula ia menyukai isu lingkungan karena terpaksa...


Pengeroyokan Penderita Epilepsi, Kata Tetangga Soal Iyan

23 Agustus 2018

Uang Rp 5,4 juta merupakan hasil usaha berjualan botol-botol plastik bekas, dari Iyan atau lengkapnya Ali Achmad Fiarmansyah, yang menjadi korban penganiayaan di Lapangan Banteng. Sejumlah botol plastik bekas teronggok di rumahnya, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu 22 Agustus 2018. TEMPO/EDO
Pengeroyokan Penderita Epilepsi, Kata Tetangga Soal Iyan

Ali Achmad Firmansyah atau Iyan adalah penderita epilepsi yang menjadi korban pengeroyokan di Lapangan Banteng karena dituduh pencopet.