TEMPO.CO, Sleman - Jumlah jenis burung liar di Daerah Istimewa Yogyakarta bertambah banyak. Pada 1995 hanya tercatat sebanyak 140 jenis burung liar saja. Pada pengujung 2013, tercacat sebanyak 338 jenis burung liar. Berarti, 67 persen dari 508 jenis burung di Pulau Jawa ada di daerah istimewa ini.
"Jumlah ini menunjukkan tingginya keragaman jenis burung di daerah ini," kata Imam Taufiqurrahman, Direktur Eksekutif Yayasan Kutilang Indonesia, Senin, 9 Desember 2013.
Peningkatan jumlah jenis burung liar ini karena masyarakat sudah mulai sadar bahwa burung itu indah jika berada di alam, bukan di kurungan atau sangkar. Meskipun masih banyak masyarakat yang memelihara burung dalam sangkar, namun dengan bertambahnya jenis burung liar menandakan semakin banyak masyarakat yang sadar soal lingkungan.
Selain itu, keberadaan para pengamat dan pemerhati burung yang ada di Yogyakarta juga berperan. Dalam dua dekade terakhir, jumlah pengamat burung liar di Yogyakarta mengalami peningkatan pesat. Mereka umumnya merupakan mahasiswa yang membentuk kelompok-kelompok pengamat burung di kampusnya. "Mereka berperan sebagai mata dan telinga bagi upaya konservasi burung liar," kata dia.
Hampir setiap minggu para pengamat burung mengadakan kegiatan pengamatan burung atau hunting foto burung di berbagai wilayah di Yogyakarta. Baik perorangan, dalam kelompok kecil, hingga kegiatan yang melibatkan puluhan orang.
Jenis burung liar temuan baru ini antara lain beberapa jenis merupakan temuan baru yang dulu sudah tidak ada. Yaitu kaki-rumbai merah (Phalaropus fulicaria), kedidi pektoral (Calidris melanotos) dan cerek kalung-besar (Charadrius hiaticula). Burung-burung itu tercatat berada di kawasan Pantai Trisik, Kulon Progo.
"Jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok burung pantai migran ini sebelumnya hanya terpantau di beberapa lokasi di Asia Tenggara, namun tidak sampai di Indonesia," kata Imam.
Pantai Trisik menjadi lokasi persinggahan...