TEMPO.CO, Jakarta - Tercapainya kesepakatan atas problem anggaran Amerika Serikat (AS) membuat spekulasi rencana pemangkasan stimulus (tapering off) bank sentral Amerika (The Fed) semakin kuat.
Kecemasan pelaku pasar atas ketersediaan dolar mendorong nilai tukar dolar menguat terhadap mata uang regional. Dalam transaksi mata uang, rupiah pun kembali ditutup melemah 71 poin (0,61 persen) pada level 11.991. Pergerakan rupiah bahkan sempat menyentuh level 12.005 pada perdagangan siang hari.
Menurut analis dari Indonesia Bond Pricing Agency, Fakhrul Aufa, meningkatnya spekulasi tapering off membuat sebagian investor memang cenderung mulai mengurangi kepemilikan aset menjelang akhir tahun.
Kondisi nilai tukar rupiah yang terus bergerak volatil akhirnya mendorong pelaku pasar lebih memilih menunda investasi hingga awal tahun 2014. “Pengurangan kepemilikan aset investor berarti peningkatan permintaan dolar,” kata Fakhrul.
Sebagaimana dilaporkan, anggaran pemerintah federal yang akan berakhir pada 15 Januari 2014 nanti memberi kemungkinan kejadian shutdown akan terulang kembali. Namun, berkat kesepakatan anggota Kongres yang setuju mengurangi belanja negara AS sebesar US$ 63 miliar, permasalahan kebuntuan fiskal pun bisa diakhiri.
Hingga perdagangan ditutup, dolar masih tampak kuat di hadapan mata uang regional. Hanya yen Jepang dan baht Thailand yang mampu mengungguli keperkasaan dolar, masing-masing pada level 102,48 per dolar dan 32,04 per dolar.
PDAT | MEGEL JEKSON