TEMPO.CO, Jakarta - Situasi dalam rapat-rapat dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI sudah dikenal tak sensitif gender. Pelecehan verbal tidak cuma terjadi atau dialami komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Agatha Lily ketika menjalani uji kelayakan (fit and proper test) pada Juli lalu.
"Komnas Perempuan mendapat banyak laporan mengenai gambaran situasi di DPR yang tidak sensitif gender," kata Komisioner Komisi Nasional Perempuan, Andy Yentriani, ketika dihubungi, Kamis, 12 Desember 2013. Dia menambahkan, "(Pelecehan) bukan hanya dalam fit and proper test."
Andy menyatakan, tindak lanjut atas laporan yang diterima Komnas Perempuan adalah dengan mengirim surat kepada Badan Kehormatan DPR RI agar memberi teguran kepada anggotanya. "Surat sudah disampaikan sejak Juli lalu," kata Andy.
Andy menegaskan, isu pelecehan verbal yang menyertakan kasus Agatha Lily dalam fit and proper test pada Juli lalu bukan merupakan aduan kasus individu. "Kasus Agatha Lily menjadi gambaran kondisi yang dilaporkan ke Komnas Perempuan," kata Andy.
Sebelumnya, anggota Badan Kehormatan Ali Maschan Moesa mengatakan lembaganya menerima aduan dari Komnas Perempuan ihwal pelaksanaan uji kelayakan dan kepatutan di DPR. Komnas Perempuan mengadu, kerap ada pertanyaan tak patut dalam uji kelayakan dan kepatutan. "Ibu kok cantik sekali atau hari ini sudah ke spa berapa kali," kata Ali meniru ucapan anggota Dewan.
Ali mengatakan, ada empat anggota Komisi Pertahanan Dewan yang diadukan dalam surat tersebut. Ali mengatakan, bisa saja pertanyaan dan penyataan itu muncul karena mereka yang diuji dengan anggota Dewan sudah kenal baik. Namun, dia menuturkan bahwa uji kelayakan dan kepatutan seharusnya dipakai untuk menanyakan kapasitas dan kapabilitas mereka yang diuji.
Baca juga: DPR Bilang Itu Cuma Guyon
ISMI DAMAYANTI
Terpopuler
Teknisi Beri Isyarat Kereta Akan Menabrak
Jokowi: DKI Terlambat Bangun Terowongan
Unilever Jawab Protes Warga NTT
Korban Bintaro Tulis Status Facebook di Kereta