TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) meresmikan empat proyek baru. Proyek itu antara lain pengembangan gas Jawa-Cepu, peralihan SPBU Petronas menjadi SPBU Pertamina, peresmian proyek Rumah Sakit Pertamedika di Sentul, dan pengapalan perdana produk Paraxylene dari kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).
Proyek Jawa-Cepu merupakan proyek pengembangan lapangan gas Blok Gundih yang berasal dari struktur Kedungtuban, Randublatung, dan Kedunglusi di wilayah Blora, Jawa Tengah. Blok Gundih saat ini memproduksi gas sebesar 50 mmscfd yang akan disalurkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik di Tambak Lorok.
"Dengan penggunaan gas sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik maka ada potensi penghematan Rp 21,4 triliun dari selisih biaya penggunaan HSD dan gas bumi," kata Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 13 Desember 2013.
Proyek kedua yang diresmikan adalah pengambilalihan SPBU Petronas di Kalimalang, Jakarta Timur, menjadi SPBU COCO (Corporate Owned Corporate Operated). "Hal ini dilakukan dalam rangka mendukung pencapaian target 557 SPBU COCO & CODO pada tahun 2016 serta guna memperkuat posisi Pertamina dalam penyediaan BBM dalam negeri sehingga terus dapat mempertahankan posisi sebagai tuan rumah di negeri sendiri," kata Karen.
Proyek ketiga yang diresmikan adalah proyek Rumah Sakit Pertamedika di Sentul yang memiliki keunggulan dalam hal penanganan penyakit liver dan jantung lewat Liver Center dan Cardiac Center.
Terakhir, Pertamina juga meresmikan proyek pengapalan perdana produk Paraxylene dari kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban yang merupakan kerja sama pengolahan (tolling agreement) antara TPPI dan Pertamina. TPPI telah beroperasi kembali dan oil in telah dilakukan sejak 4 November 2013 setelah hampir 2 tahun berhenti operasi.
"Dengan beroperasinya kilang TPPI ini, Indonesia akan mendapat tambahan pasokan produk petrokimia maupun BBM dan elpiji dalam negeri sehingga akan mengurangi volume impor yang porsinya mencapai 20-30 persen dari total kebutuhan dengan nilai impor US$ 5,5 miliar," katanya.
TPPI, kata Karen, akan menghasilkan sedikitnya 530.000 ton produk petrokimia yang terdiri dari Paraxylene, Benzene, Orthoxylene, dan Heavy Aromatic, tambahan produk BBM berupa Gas Oil per Diesel Oil dan Fuel Oil sejumlah 1,5 juta barel, tambahan elpiji sebesar 36.000 ton dan Light Naphtha sebesar 300.000 ton atau 2,8 juta barel.
PINGIT ARIA