Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Selain Soekarno, Ini Film Sejarah yang Dilarang  

image-gnews
Aktor Ario Bayu (kanan) beradu akting bersama aktor Lukman Sardi saat syuting film
Aktor Ario Bayu (kanan) beradu akting bersama aktor Lukman Sardi saat syuting film " Soekarno Indonesia Merdeka!" di Kebun Raya, Bogor (26/7). ANTARA/Muhammad Adimaja
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Film sejarah menjadi salah satu topik film yang menuai kontroversi. Baik dari segi cerita sampai dengan pemilihan pemain.

Film Soekarno (Baca: Dua Penyebab Rachmawati Mundur dari Film Soekarnokarya sutradara Hanung Bramantyo (Baca: Rachmawati: Hanung Hanya Jual Nama Soekarno) ini mendapat sorotan dari berbagai pihak. Mulai dari naskah, pemain, sampai film ini ditayangkan pada Rabu, 11 Desember 2013 pun mendapat somasi untuk tidak diedarkan.

Ada perbedaan pendapat antara pihak film dengan keluarga tokoh yang difilmkan, Soekarno. Rachmawati Soekarnoputri menilai Hanung tidak mengerti betul karakter Soekarno sehingga ada kesalahan dalam naskah dan pemilihan aktor pemeran Soekarno.

Film sejarah memang kerap menjadi perdebatan. Apalagi jika mengisahkan tokoh sentral dalam sejarah itu. Bukan hanya dalam negeri, di luar negeri pun demikian. Film Diana, misalnya. Ada banyak perdebatan yang muncul saat biopik Diana akan digarap dalam film. Namun, hal ini dapat diatasi, Film yang dirilis pada Jumat, 1 November 2013 tersebut dapat memuaskan para penikmat film. Naomi Watts mampu menyampaikan pesan dari sosok putri Diana yang ia perankan.

Berikut beberapa film tentang sejarah Indonesia yang dilarang beredar :

1. Romusha (1972)

Film ini juga mengisahkan masa penjajahan Indonesia. Bedanya, Romusha memilih latar saat Jepang menjadi penguasa. Romusha mempertontonkan dengan jelas kekejaman tentara Jepang.

Romusha dikisahkan melalui tokoh Rota (diperankan Rofi’ie Prabancana), seorang pribumi yang ditangkap tentara Jepang dengan tuduhan menghasut rakyat. Ia masuk kamp konsentrasi untuk menjalani romusha, kerja paksa ala Jepang. Siksaan demi siksaan ia terima.

Film sutradara Herman Nagara ini dilarang edar dengan alasan dikhawatirkan mengganggu stabilitas hubungan Indonesia-Jepang. Produser film, Julies Rofi’ie, mengaku pernah mendapat keluhan keberatan dari Kedutaan Jepang.

Namun, silang pendapat tak sampai menimbulkan konflik, jalan damai ditempuh. Produser meminta ganti rugi seluruh biaya produksi film yang batal edar itu beserta bunganya. Film ini pun tak pernah tayang di bioskop.

2. Pagar Kawat Berduri

Film karya sutradara Asrul Sani ini menyoalkan strategi komunikasi. Latar filmnya menyuratkan kondisi Indonesia sebelum masa kemerdekaan. Tentang para pejuang yang ditawan di kamp Belanda karena nekad menyuarakan revolusi.

Semua berusaha melarikan diri. Tak mudah memang. Penjagaan begitu ketat. Mereka juga dipagari kawat berduri. Namun, Parman (diperankan Sukarno M Noor) punya strategi berbeda. Ia justru berkawan karib dengan seorang perwira Belanda.

Tingkahnya yang serupa penjilat itu membuat Parman dimusuhi kawan-kawan sebangsanya.

Penangkapan Parman akhirnya menyadarkan mereka. Rupanya, ia bersahabat dengan perwira Belanda untuk mencari informasi. Suatu ketika, tahulah ia bahwa dua kawannya, Herman dan Toto, menjadi incaran bedil Belanda. Parman mendalangi aksi kabur.

Ia membekali kedua kawannya itu catut untuk memotong pagar kawat berduri. Herman berhasil lolos. Toto tertembak. Parman mendapat balasan: dieksekusi tentara Belanda.

PKI (Partai Komunis Indonesia) menuntut Pagar Kawat Berduri ditarik karena dianggap bisa membuat masyarakat bersimpati pada Belanda. Adalah Soekarno yang berhasil menyelamatkannya. Meski menuai banyak pujian, tetap saja film ini tak boleh beredar. Ia tak pernah merasakan tayang di bioskop Indonesia.

3. Max Havelaar (1976)

Max Havelaar merupakan film garapan Indonesia dan Belanda. Kisahnya diangkat dari novel Max Havelaar tulisan Multatuli. Seorang Belanda yang peduli pada rakyat pribumi. Ia diangkat menjadi asisten Residen Lebak pada zaman penjajahan.

Lantas ia harus menghadapi korupsi. Bukan hanya dilakukan oleh bangsanya, melainkan juga oleh masyarakat lokal yang dipercaya Belanda. Ironis, mereka meraup upeti dari rakyatnya sendiri dan menjilat pada penjajah. Nuraninya terketuk.

Sayang, perjuangan Max Havelaar (diperankan Peter Faber) tak mampu melawan kejamnya sistem. Ia akhirnya dipecat dan dipulangkan ke Belanda.

Dari awal pembuatan, film ini sudah menuai kontroversi. Penyelesaiannya memakan waktu tiga tahun. Sepuluh tahun, ia sempat tertahan di BSF (Badan Sensor Film). Akhirnya, Max Havelaar tayang di zaman Orde Baru. Seketika kemudian, ia ditarik kembali.

Film yang disutradarai Fons Rademakers ini juga melibatkan artis-artis Indonesia. Di antaranya, Rima Melati, Harry Lantho, Nenny Zulaeni, dan Maruli Sitompul. Kini, film ini hanya diputar di beberapa komunitas idealis.

4. Petualang-petualang (1978)

Judul asli film ini Koruptor-koruptor. Film garapan sutradara Arifin C Noer ini mengisahkan konflik kepentingan beberapa tokoh. Semuanya koruptor. Julius, seorang tokoh muda, memiliki ambisi membongkar semuanya. Laiknya film drama pada umumnya, percintaan pun menjadi bumbu yang manis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebelum akhirnya dirilis, film ini sempat tertahan selama enam tahun di BSF. Beruntung, film ini masih boleh beredar. Namun, pengorbanan harus dilakukan. Film yang dibintang Christine Hakim dan Cok Simbara ini akhirnya lolos sensor setelah BSF memotong pita film sampai 319 meter. Judulnya lalu diganti.

Belum ada esensi apakah Petualang-petualang sama dengan Koruptor-koruptor. Sampai saat ini tak ada review yang membahasnya.

5. Merdeka 17805 (2001)

Film ini mengisahkan kemerdekaan Indonseia versi Jepang. Merdeka 17805 merupakan kolaborasi rumah produksi Indonesia dan Jepang. Film ini diangkat dari kisah nyata, tentang perjuangan personel tentara kekaisaran Jepang yang ikut andil dalam kemerdekaan Indonesia.

Film ini berkisah pada saat penjajahan Jepang. Ada seorang tentara Jepang yang turut membantu pribumi membebaskan diri dari penjajah. Takeo Shimazaki, nama tentara Jepang itu. Ia seorang kapten tentara Jepang yang memimpin operasi menyusup ke sebuah desa kecil di pelosok negeri.

Tak dinyana, kedatangan Shimazaki disambut gegap gempita. Seorang nenek bahkan mencium kakinya sambil menceritakan Ramalan Jayabaya, tentang bangsa berkulit kuning yang akan membebaskan masyarakat Jawa dari penderitaan panjang.

Hatinya terenyuh. Tekadnya bulat sejak itu. Apalagi, ia kemudian akrab dengan beberapa pribumi.

Adegan mencium kaki itulah yang menuai kontroversi. Adegan itu diminta dihapus. Peredaran film pun tak bisa massif karena alasan politik. Padahal, film ini juga melibatkan beberapa pemain Indonesia, seperti Lola Amaria, Aulia Achsan, dan Fajar Umbara.

6. Balibo (2009)

Balibo adalah film Australia, tapi konflik dalam kisahnya melibatkan Indonesia. Balibo mengisahkan Balibo Five, tragedi terbunuhnya lima wartawan yang meliput invasi Indonesia ke Timor Timur tahun 1975. Itu kisah nyata yang terekam dalam buku Cover-Up tulisan Jill Jolliffe.

Gambaran konflik Timor Timur terekam jelas, sampai tokoh Ramos Horta yang diperankan Oscar Isaac. Film ini disutradarai Robert Connolly. Produksi film ini dimulai sejak 31 Juli 2008 di Dili, Timor Leste. Saat itu Timor Timur sudah bukan bagian dari Indonesia.

Film ini sampai melibatkan petugas PBB untuk mengamankan lokasi. Sayang, produksi besar itu justru tak dikehendaki di Indonesia. Film itu dilarang oleh LSF (Lembaga Sensor Film). Tidak ada alasan yang jelas.

Meski begitu, Balibo sudah sempat beredar sebagai DVD bajakan. Kelompok-kelompok masyarakat yang penasaran memburu dan menontonnya.

Walau di Indonesia dilarang, Balibo telah diputar di beberapa negara. Pertama kali, ia diputar di Melbourne International Film Festival, 24 Juli 2009. Acara itu dihadiri oleh Ramos Horta dan keluarga jurnalis yang terbunuh tahun 1975.

7. The Act of Killing (2012)

Masih ingat film G30S/PKI versi pemerintah yang dulu selalu diputar setiap 30 September? Film itu dibuat untuk mengingatkan Indonesia soal kekejaman PKI karena telah membunuh tujuh jenderal dan merencanakan kudeta. Usai doktrinasi selama bertahun-tahun, akhirnya film itu dilarang.

Tahun 2012, Joshua Oppenheimer kemudian membuat film dokumenter dengan tema yang sama. Namun, sudut pandangnya berbeda. Ia justru menampilkan orang-orang tak berdosa yang menjadi korban pembantaian 1965-1966.

Joshua mengumpulkan data sejak 2005 sampai 2011. Film itu mengambil latar di Medan, Sumatera Utara. Adalah Anwar Kongo, seorang pemimpin gerakan pembunuh terkuat di Medan yang awalnya hanyanya calo tiket. Dalam film itu, ia membawa Joshua kembali ke masa lalunya yang kelam.

Anwar mengajaknya mendatangi tempat ia dan kawan-kawannya melakukan pembantaian. Ia juga mempraktekkan bagaimana dirinya membunuh korbannya yang berjumlah sampai ribuan orang. Kini Anwar menjadi bagian dari organisasi Pemuda Pancasila.

Film yang merupakan proyek dari University of Westminster itu mendapat banyak pujian. Tak hanya karena ia mampu membongkar sebuah skandal negara, tetapi juga ceritanya yang begitu kuat.

Meski mendapat banyak sanjungan, di Indonesia film ini tak lolos izin edar.

RINA ATMASARI | BERBAGAI SUMBER


Berita Lain:
Bakdi Soemanto Terpilih sebagai Tokoh Teater 2013 
Dua Kejutan di Konser Melly Goeslaw 
Slank Diminta seperti The Beatles
Kaka: Konser Slank Akan Lebih Bagus dari Metallica
Sandra Bullock Akan Main di Film George Clooney

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Profil Pemeran Utama Godzilla x Kong: The New Empire

4 jam lalu

Godzilla x Kong: The New Empire. Foto: Warner Bros.
Profil Pemeran Utama Godzilla x Kong: The New Empire

Film Godzilla x Kong: The New Empire tayang pada 27 Maret 2024


5 Film Disney dengan Lagu Ikonik yang Cocok untuk Nostalgia

10 jam lalu

High School Musical. Dok. Disney+ Hotstar
5 Film Disney dengan Lagu Ikonik yang Cocok untuk Nostalgia

Daftar film Disney yang memiliki lagu ikonik tak terlupakan yang cocok untuk bernostalgia bersama keluarga dan sahabat.


8 Film Bioskop Indonesia Terbaru yang Tayang di Netflix pada 2024

1 hari lalu

Sederet film Indonesia yang tayang di bioskop akan tayang di Netflix pada 2024. Dok. Netflix
8 Film Bioskop Indonesia Terbaru yang Tayang di Netflix pada 2024

Tahun ini, Netflix menargetkan lebih dari 50 film Indonesia yang tayang di bioskop untuk masuk ke dalam platform, berikut 8 di antaranya.


Dibintangi Ma Dong Seok, Ini Sinopsis The Roundup: Punishment

3 hari lalu

Don Lee atau Ma Dong Seok dalam film The Roundup: Punishment. Dok. ABO Entertainment
Dibintangi Ma Dong Seok, Ini Sinopsis The Roundup: Punishment

Cerita film The Roundup: Punishment berpusat detektif Ma Seok do (Ma Dong Seok) yang bergabung dengan Tim Investigasi Siber


Netflix akan Menayangkan The Tearsmith, Simak Sinopsis Film Ini

5 hari lalu

The Tearsmith. Foto : Imdb
Netflix akan Menayangkan The Tearsmith, Simak Sinopsis Film Ini

Netflix mengumumkan tanggal tayang The Tearsmith, pada 4 April 2024


4 Perbedaan Road House Tahun 2024 dan 1989

6 hari lalu

Film Road House yang tayang di Prime Video. (dok. Prime Video)
4 Perbedaan Road House Tahun 2024 dan 1989

Road House (2024) merupakan konsep ulang dari film klasik tahun 1989 yang berjudul sama


10 Film di Bioskop Terbaru Maret-April 2024 yang Bisa Ditonton

7 hari lalu

Poster Badarawuhi di Desa Penari. Foto: Instagram.
10 Film di Bioskop Terbaru Maret-April 2024 yang Bisa Ditonton

Ada beberapa film di bioskop terbaru yang cocok Anda tonton. Di antaranya ada Godzilla x Kong: The New Empire hingga Badarawuhi.


Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

7 hari lalu

Aktor Koutaro Kakimoto (kiri), Velove Vexia, dan sutradara Hestu Saputra dalam Meet and Greet Film Hujan Bulan Juni di Jakarta, 1 November 2017. Film ini bercerita tentang kisah cinta dosen bernama Pingkan (Velove Vexia), dengan sang kekasih Sarwono (Adipati Dolken). Tempo/ Fakhri Hermansyah
Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono telah bermetamorfosa dalam banyak bentuk, mulai dari komik, novel, hingga film.


Selain Dian Sastro - Reza Rahadian, Pasangan di Film Lain Reza Rahadian dan BCL Setidaknya di 5 Film Ini

8 hari lalu

Reza Rahadian dan BCL dalam film My Stupid Boss.  foto: dok. Falcon Pictures
Selain Dian Sastro - Reza Rahadian, Pasangan di Film Lain Reza Rahadian dan BCL Setidaknya di 5 Film Ini

Selain Dian Sastro dan Nicholas Saputra, Indonesia punya pasangan aktor Reza Rahadian dan BCL yang kerap dipasangkan dalam film.


Yoo Seung Ho Tampil dalam Video Musik Day6 Welcome to the Show

9 hari lalu

Yoo Seung Ho. (Instagram/@yg_stage)
Yoo Seung Ho Tampil dalam Video Musik Day6 Welcome to the Show

Aktor Korea Selatan Yoo Seung Ho muncul dalam video musik Day6, Welcome to the Show