TEMPO.CO, San Francisco - Tutupan es di puncak Gunung Kilimanjaro bagian utara yang telah berumur sekitar 10 ribu tahun diperkirakan mencair pada 2030. Para ilmuwan mendiskusikan temuan ini pada pertemuan tahunan American Geophysical Union. (Baca: Bola Dunia Memprediksi Bencana di UI)
"Tutupan salju bagian utara, bagian terbesar sisa es Kilimanjaro telah kehilangan lebih dari 4 juta meter kubik es dalam 13 tahun terakhir," kata Pascal Sirguey, seorang ilmuwan penelitian di University of Otago di New Zealand, Senin, 16 Desember 2013. Ini setara dengan kubus berukuran sekitar 158 meter di setiap sisinya.
Sejak tahun 2000, hilangnya volume es di puncak gunung setinggi 5.895 meter di atas permukaan laut itu sebesar 29 persen. Gletser di sana rupanya tidak menyusut pada kecepatan yang sama. Gletser Credner, yang lebih banyak terkena sinar matahari menyumbang hampr 43 persen kehilangan es pada dekade terakhir.
Sirguey mengatakan jika gletser utara Kilimanjaro terus mencair secepat seperti yang terjadi 12 tahun terakhir, maka gletser Credner benar-benar akan hilang pada 2030 nanti. "Sisa es akan bertahan 30 tahun lagi dari sekarang," katanya.
Sirguey dan tim melacak perubahan gunung di Tanzania yang sedang berlangsung. Mereka menggunakan model elevasi digital rinci yang dikembangkan dari GeoEye-1 citra satelit. Tampilan 3D baru mereka akan membantu menciptakan peta topografi baru seperti gletser dan kawah gunung berapi dengan resolusi sampai 50 sentimeter.
Tim peneliti juga berencana menggunakan model ini untuk lebih memahami alasan mengapa es menyusut. Kurangnya hujan salju bisa menjadi faktor seperti halnya pemanasan global.
LIVESCIENCE | ISMI WAHID
Berita Terpopuler:
Benarkah Komputer Akan Segera Mati
Twitter Tak Lagi Batasi Akses Bagi Penguntit
Fitur 'Direct Message' Kini Ada di Instagram