TEMPO.CO, Bogor - Ratusan warga RT 02/05 Desa Cilebut Timur, Kabupaten Bogor, memblokir jalur perlintasan kereta rel listrik dengan cara menduduki rel Jalur II arah Jakarta di Stasiun Cilebut, Selasa, 17 Desember 2013.
Aksi blokade tersebut merupakan aksi unjuk rasa ratusan warga yang menolak penutupan jalan perlintasan dalam stasiun yang ditutup oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang selama ini digunakan untuk akses jalan warga kampung. "Karena ditutup oleh PT KAI, akses jalan untuk warga tidak ada lagi. Warga harus berjalan lebih jauh dan memutar," kata Yanti, 38 tahun, salah seorang warga asal Cilebut.
Yanti mengaku warga sudah belasan tahun menggunakan akses jalan Stasiun Cilebut sebagai jalan perlintasan untuk kegiatan sehari-hari. "Sekarang sudah lebih dari empat bukan ditutup. Kalau warga mau melintas, harus membeli tiket. Bahkan, ada juga petugas memungut uang sebesar Rp 2000 supaya bisa melintas," kata dia.
Padahal, sampai saat ini warga membutuhkan pelintasan sebagai jalan pintas dari pemukiman ke Jalan Raya Cilebut. "Saya minta supaya perlintasan ini kembali dibuka. Kalau tidak kami tetap akan berunjuk rasa," tutur dia.
Dalam unjuk rasa tersebut, puluhan warga yang sebagian besar kaum perempuan ini duduk-duduk di atas rel jalur II yang biasa digunakan untuk Commuter Line arah Bogor-Jakarta. Tak pelak, aksi warga mengganggu kelancaran operasional. KRL pun hanya dapat menggunakan satu jalur agar bisa tetap beroperasi.
M SIDIK PERMANA
Baca juga:
Tiga Pintu Tol Ditutup, Jakarta Masih Macet
Pertahankan Motor dari Perampok, Pelajar Tewas
Polisi Klaim Penutupan Pintu Tol Efektif
Hilang 5 Bulan, Kerangka Taufik Ditemukan di Kolam