TEMPO.CO, Jakarta - Spekulasi pengurangan stimulus bank sentral Amerika Serikat (The Fed) masih menghantui pergerakan rupiah.
Di transaksi pasar uang hingga pukul 12.00 WIB, rupiah diperdagangkan di kisaran 12.000-12.126 per dolar Amerika. Menguatnya spekulasi pengurangan stimulus The Fed (tapering) membuat rupiah sulit untuk terapresiasi.
Ekonom dari PT Samuel Aset Manejemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan membaiknya data Amerika membuat probabilitas The Fed memutuskan tapering menjadi 50:50, pada pertemuan Komite Ekonomi Federal (FOMC Meeting) 17-18 Desember. "Untuk hari ini, rupiah diperkirakan berada di kisaran 12.000 hingga 12.200 per dolar."
Produksi di sektor industri Amerika untuk bulan November mencatat kenaikan 1,1 persen, atau di atas ekspektasi median analis yang 0,6 persen. "Perbaikan data ini mengindikasikan penguatan ekonomi AS dan perbaikan permintaan global, termasuk membaiknya ekonomi di Uni Eropa dan Cina," ujar Lana.
Meski tapering masih belum dapat dipastikan, pelaku pasar telah melakukan aksi jual pada perdagangan kemarin dan mengalami rebound hari ini.
Namun, naiknya imbal hasil membuat pasar obligasi pemerintah Amerika terlihat terus mengalami aksi jual, karena pengurangan stimulus akan membuat The Fed mengurangi pembelian obligasi.
Dari dalam negeri, pemerintah kembali mengeluarkan aturan tata niaga mineral dan batu bara (minerba) tentang tata cara pemberian izin khusus sektor minerba. Implementasi UU ini membuat sektor minerba masih akan turun untuk tahun 2014.
Bank Dunia memperkirakan, aturan minerba ini akan membuat defisit transaksi berjalan masih di level 3,2 persen dari produk domestik bruto. "Sektor minerba menjadi andalan produk ekspor non-migas yang memberikan kontribusi sekitar 17-18 persen dari total ekspor non-migas," kata Lana.
PDAT | M. AZHAR