TEMPO.CO, Surabaya - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo, Dwinanto, mengatakan endapan lumpur Lapindo terus dikeruk 24 jam nonsetop. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi bobolnya tanggul akibat hujan deras sejak pertengahan November 2013. Lumpur dikeruk kemudian dibuang ke Kali Porong, Sidoarjo. “Kami tetap mengandalkan kapal keruk selama 24 jam,” katanya ketika di hubungi, Rabu, 17 Desember 2013.
BPLS juga terus menyedot genangan air di dekat jalan arteri Porong. Selain itu, penebalan tanggul di titik 10 D sudah dilakukan. Titik ini dikhawatirkan paling rawan jebol.
Baca Juga:
Menurut Winanto, pihaknya megantisipasi agar lumpur Lapindo tidak meninggi dan tidak menjebolkan tanggul. Dia bersyukur karena sampai saat ini tidak ada tanggul yang jebol meski hujan turun luar biasa derasnya. “Alhamdulillah sampai saat ini masih aman.”
Dia mengatakan kondisi lumpur selalu dipantau setiap saat. BPLS selalu mengadakan survei berkala untuk mengetahui apakah semburan semakin meningkat atau menurun. Suhu udara dan cuaca di daerah lumpur selalu mereka pantau, karena mereka tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh masyarakat.
Survei terakhir mencatat, semburan lumpur Lapindo pada 2013 lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Endapan lumpur semakin meninggi meskipun dilakukan pengerukan tiap hari 24 jam nonsetop. “Semburan pada tahun ini terbilang meningkat dibanding tahun lalu,” katanya. Namun, dia berkesimpulan, kondisi lumpur saat ini bisa dibilang aman.
Pantauan Tempo, kondisi lumpur Lapindo saat ini terbilang aman. Pasalnya, para pengunjung yang ingin menyaksikan semburan lumpur Lapindo bisa berjalan kaki ke tengah kawasan lumpur dan bisa melihat semburan lumpur dari jarak sekitar 200 meter dari semburan lumpur, yang ditandai dengan bendera merah putih untuk batas pengunjung.
MUHAMMAD SYARRAFAH