TEMPO.CO, Jakarta - Rencana PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) untuk memasang sejuta unit alat monitor konsumsi bahan bakar bersubsidi (Radio Frequency Identification/ RFID) pada kendaraan di Jakarta meleset dari target.
Menurut Manajer Sosialisasi Sistem Monitoring dan Pengendalian (SMPBBM) INTI, Andi Nugroho, pemasangan RFID di DKI Jaakrta yang seharusnya rampung pada Desember 2013, baru bisa diselesaikan pada 31 Maret 2014. ""Karena ada berbagai penyesuaian," kata dia kepada Tempo, Kamis, 19 Desember 2013.
Untuk seluruh wilayah Indonesia, INTI menargetkan pemasangan RFID rampung pada Juli 2014. Pada saat itu, pemasangan RFID ditargetkan mencapai 100 juta unit dan dilakukan oleh 3.000 posko di seluruh Indonesia.
Menurut Andi, nilai kerja sama pemasangan RFID antara INTI dan Pertamina sebesar Rp 17,68 per liter. Jangka waktu kontrak kerja sama dua perusahaan milik negara itu ditetapkan lima tahun. Namun, Andi mengaku sulit untuk menyebut nilai atau biaya produksi per unit RFID, karena teknologi tersebut merupakan kesatuan sistem.
Kini, kata Andi, INTI mengajukan kajian ulang kontrak dengan Pertamina lantaran nilai rupiah yang melemah. Pengadaan RFID yang masih berbasis impor akan terpengaruh oleh kenaikan nilai dolar. Meski begitu, Andi menilai hal tersebut tidak mudah karena Pertamina pun harus berkonsultasi dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
MARIA YUNIAR
Berita lain
Ratu Atut Pernah Minta Rano Mundur
Mengapa Rumah Atut Dijaga Ratusan Pendekar?
Di Depan Jokowi, SBY Singgung Soal Presiden Baru
Atut Tersangka, Ini Kata Rano Karno
Pengacara Atut: Uang Rp 1 Miliar Milik Suami Airin
Atut Tersangka, Airin Hanya Tersenyum
Ahok Sindir Polisi: Dosa Lama Jangan Jadi ATM