TEMPO.CO, Yogyakarta - Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan Anugerah Hamengku Buwono IX kepada dua tokoh yang dianggap konsisten memperjuangkan idealisme sains dan visi kemanuasiaan, Kamis malam, 19 Desember 2013. Dua tokoh itu adalah pendiri Yayasan Sayap Ibu, Ciptaningsih Utaryo dan Guru Besar Universitas Indonesia, Sri Edi Swasono.
“Pilihan Majelis Guru Besar UGM dari 29 tokoh yang sebelumnya dinominasikan menerima penghargaan ini,” ujar Rektor UGM Pratikno. Sri Edi Swasono menerima Anugerah HB IX di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara Ciptaningsih Utaryo menerima penghargaan tersebut di bidang kemanusiaan.
Pratikno menjelaskan penghargaan Anugerah Hamengku Buwono IX diberikan bagi tokoh yang selama ini banyak memberi sumbangan berharga bagi bangsa Indonesia. Tokoh penerima penghargaan ini dianggap melanjutkan perjuangan Sultan HB IX dalam mewujudkan kedaulatan Indonesia, nasionalisme, dan cita-cita mencerdaskan bangsa.
Saat menyampaikan orasinya di Bangsal Srimanganti, Ciptaningsih tampak bugar dengan gaya bicara tegas serta ingatan prima. Dia mengatakan telah beraktivitas sebagai relawan sejak 1946 ketika bergabung dengan tentara pelajar dan bekerja di front Mranggen, Jawa Tengah. “Saya satu markas dengan Pak Koento Wibisono (Guru Besar Filsafat UGM),” ujar dia.
Sedangkan Sri Edi Swasono, yang kini berusia 73 tahun, menegaskan kegigihannya menyuarakan gagasan ekonomi kerakyatan karena sampai sekarang Indonesia belum memiliki kedaulatan dalam bidang pangan, obat-obatan, energi, hingga kebutuhan sepele seperti mesiu. “Proklamasi kemerdekaan belum dianggap sebagai cita-cita untuk menjadi tuan di negeri sendiri,” ujar dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Berita lain:
Imam Masjidil Haram Ditolak Masuk Inggris
Kunci Kemenangan Timnas U-23 Atas Malaysia
Algojo Terakhir Penentu Kemenangan Indonesia
Alasan Pengadilan Tinggi Perberat Vonis Djoko
Pelatih Malaysia: Indonesia Layak Juara