TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan dolar di pasar global ditambah meningkatnya kebutuhan dolar menjelang akhir bulan membuat rupiah sulit untuk terapresiasi.
Pada transaksi pasar uang hari ini, rupiah kembali melemah lima poin (0,01 persen) ke level 12.214 per dolar Amerika. Rupiah bergerak seiring dengan mata uang regional Asia lainnya yang juga terdepresiasi terhadap dolar.
Analis dari PT Monex Investindo Futures, Yohanes Ginting, mengatakan rupiah tertekan oleh permintaan dolar yang tinggi serta posisi dolar yang sedang menguat di pasar global. Adanya keputusan pengurangan stimulus (tapering) bank sentral Amerika Serikat membuat dolar semakin kuat. "Pelaku pasar belum melihat adanya alasan yang masuk akal untuk melepas dolar."
Pertemuan Komite Ekonomi Federal (FOMC Meeting), Rabu, 18 Desember lalu, memutuskan bank sentral (The Fed) akan mengurangi anggaran pelonggaran kuantitatif ketiga (QE3) dari US$ 85 miliar per bulan menjadi US$ 75 miliar per bulan. Pengurangan stimulus berarti akan mengurangi aliran likuiditas dolar di pasar berkembang.
Dari dalam negeri, permintaan dolar menjelang akhir pekan dan juga akhir tahun semakin tinggi. Apalagi menjelang periode libur panjang, dolar dibutuhkan sebagai alat transaksi dan sarana untuk mengamankan portofolio investasi. "Karena dolar adalah aset paling aman untuk saat ini," kata Yohanes.
PDAT | M. AZHAR