TEMPO.CO, Jakarta - Tukang ojek di kawasan Bandara Soekarno-Hatta menolak rencana penutupan M1 atau pintu belakang bandara yang akan dilakukan mulai 26 Desember 2013.
"Penutupan M1 sama saja mematikan mata pencaharian kami," kata Sudrajat, salah seorang tukang ojek di bandara, saat dialog dengan otoritas bandara, Jumat, 20 Desember 2013.
Menurut Sudrajat, sebagai warga yang menetap jauh sebelum Bandara Soekarno-Hatta dibangun, ia merasa keberatan dengan penutupan akses utama belakang bandara itu. (Baca: Pintu Belakang Bandara Soekarno-Hatta Akan Ditutup)
"Ojek adalah satu-satunya mata pencaharian saya. Kalau ini ditutup, bagaimana dengan hidup anak-istri saya," katanya dengan suara yang terbata-bata. Dalam sehari, Sudrajat mengaku mendapat Rp 50 ribu dari mengojek. Ia keberatan jika harus mengikuti rute pengalihan arus karena jarak yang ditempuh terlalu jauh. "Tekor di bensinnya, penumpang pasti keberatan kalau ongkosnya dinaikkan," katanya. Sudrajat meminta agar pihak terkait mempunyai solusi untuk permasalahan itu.
Kapolres Bandara Soekarno-Hatta, Komisaris Besar C.H. Pattopoi, mengakui masih ada beberapa kelompok masyarakat di sekitar bandara yang belum setuju dengan penutupan pintu M1. "Bahkan ada juga yang akan berunjuk rasa," katanya.
Polisi memaklumi alasan warga tersebut. Untuk itu, Pattopoi mempersilakan bagi warga yang akan menyampaikan pendapat. "Asalkan demonya tidak di dalam bandara, undang-undang telah mengatur tidak boleh unjuk rasa di bandara. Jika itu dilakukan, tentunya polisi akan mengamankan," katanya.
JONIANSYAH
Berita Terpopuler
Lawan Ahok, Warga Taman Burung Dibeking Komnas HAM
Ahok: Selesaikan Jakarta Butuh 10 Tahun
Enggan Lawan Ahok, Ada Warga Pilih Dana Kerahiman
Gowes Jokowi, dari Rumah Dinas Berakhir di Kedai Kopi