TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa kader dan simpatisan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mendeklarasikan dukungannya untuk Joko Widodo sebagai calon presiden 2014 yang dinamakan Pro Jokowi (PROJO). PROJO diprakarsai kader dan aktivis UI 98 seperti Budi Arie Setiadi, Fahmi Alhabsyi, Jonacta Yani, dan Firmansyah. Serta simpatisan dari paguyuban warga kota-kota di Jawa Tengah yang tinggal di Jakarta.
"Mereka bilang ini kelihatannya PDIP kok tidak pro Jokowi untuk capres, jadi kita tampung aspirasi itu," ujar Sekretaris Koordinator Nasional PDI Perjuangan Pro Jokowi (PROJO), Budi Arie Setiadi, di sela-sela pendeklarasian PROJO, di Jakarta Selatan, Sabtu, 21 Desember 2013.
Megawati sendiri sudah menanggapi soal ini (baca pula: Jokowi Capres PDIP, Olly: Tunggu Intuisi Megawati). Hubungan Mega dan Jokowi sendiri dinilai sebagai simbiosis mutualisma (baca: Hubungan Jokowi-Mega Kayak Lebah dan Bunga)
Pada acara ini, Budi mengakui hanya menyediakan sekitar 100 undangan baik kader atau simpatisan lantaran keterbatasan dana. "Karena kita inginnya partisipatif, urunan, nggak perlu modal banyak-banyak, Jokowi nggak perlu itu." Untuk sekretariat PROJO, kata Budi, juga sumbangan sukarela dari salah satu simpatisan PDIP yang menginginkan Jokowi jadi Capres, yakni pengusaha Huddy Assegaf.
Budi mengklaim mayoritas kader partai banteng di daerah-daerah mendukung Jokowi jadi capres, namun belakangan ini malah beredar wacana pasangan Mega-Jokowi. Memang hingga saat ini partainya belum menentukan capres yang akan diusung, dan sesuai mandat kongres PDIP 2010 di Bali dimana soal pencapresan ditentukan Megawati.
Menurut Budi, dari partai seperti itu aturannya, tapi secara politik tidak berlaku. "Rakyat dong yang menyampaikan aspirasinya. Rakyat maunya siapa? Kita maunya Jokowi. Kalau nggak gitu, partai lain yang mengambil," ujar mantan Kepala Bidang Litbang DPD PDIP DKI Jakarta ini.
Para pemrakarsa PROJO yang dulunya juga pendiri Posko Megawati Gotong Royong pada 1998 ini berharap Mega mendengarkan aspirasi mereka soal pencapresan Jokowi. Tak main-main, Budi menyebutkan PROJO akan didirikan di daerah-daerah seluruh Indonesia. "Selama Januari ini kita optimalkan pendirian-pendirian posko di daerah, supaya orang bisa melihat dukungan untuk Jokowi ini riil," kata dia.
Pendiri PROJO lainnya, Jonacta Yani, mengatakan posko-posko di daerah akan menampung keluhan dari masyarakat. Tujuannya, berbagai persoalan ini akan ditampung dan dituangkan ke dalam 'agenda rakyat'. Agenda rakyat merupakan suatu rumusan kebijakan dan program-program untuk bekal Jokowi dalam Pilpres mendatang. "Keluhan-keluhan rakyat di daerah kan kita enggak tahu, mereka punya permasalahan sendiri, karena itulah kita bikin agenda rakyat. Dan Jokowi pro rakyat," ujar pria yang akrab disapa Yongki itu.
Namun, jika para elite PDIP tak kunjung mengusung Jokowi sebagai capres, kata Yongki, pada Maret nanti PROJO dan para relawan Jokowi di daerah-daerah akan bergabung. Menggelar aksi di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. "Menunjukkan ke rakyat bahwa PDIP mendukung Jokowi nyapres," ujar dia.
LINDA TRIANITA
Terpopuler
Tolak Mega-Jokowi, Kader PDIP Deklarasikan PROJO
Dua Hari Penahanan, Atut Nyapu dan Ngepel Lantai?
Ada Upaya Menjegal Rano Karno Menjadi Gubernur
Di Bursa Capres PDIP: Ongkos Politik Jokowi Murah
Ponsel Tercerdas Tahun 2013 Adalah...
Penguasa Dinasti Atut Chosiyah Berikutnya
SBY Tunjuk Rano Karno Lantik Wali Kota Tangerang
Hannah Al Rashid Kecewa Sistem Casting di Jakarta