TEMPO.CO, Tegal - Sebuah kapal nelayan asal Kota Tegal karam setelah diterjang ombak tinggi di perairan sekitar 20 mil dari Kalimantan Tengah, Sabtu pagi, 21 Desember 2013. Hingga Ahad, 22 Desember, baru satu dari 20 awaknya yang ditemukan dalam kondisi selamat.
"Sebanyak 19 awak lainnya masih dalam pencarian," kata Ketua Paguyuban Nelayan Kota Tegal (PNKT), Eko Susanto, kepada Tempo, Ahad, 22 Desember 2013. Awak kapal yang selamat itu diketahui bernama Tijo. Namun, PNKT belum memperoleh identitas lengkapnya.
Baca Juga:
Dari pengakuan Tijo kepada rombongan nelayan asal Kota Tegal yang menyelamatkannya pada Sabtu pukul 16.00, Eko mengatakan, kapal yang karam itu bernama Bangkit Jaya I. Kapal itu berangkat dari pelabuhan perikanan Pantai Tegalsari, Kota Tegal, sekitar sepekan lalu.
Kapal dengan alat tangkap jenis cantrang (demersial danish seine) itu tenggelam setelah lambung kirinya dihantam ombak dan badai. Saat berita ini diturunkan, Tijo masih dirawat di rumah sakit di Kualapembuang, ibu kota Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah.
Dari pantauan radio komunikasi PNKT, kapal nahas itu hilang kontak sejak Sabtu pukul 04.00. Sebelum tenggelam, kapal itu sudah janjian dengan kapal-kapal lain untuk menangkap ikan di lokasi yang telah disepakati pada Sabtu pagi. Tapi, sampai pukul 07.00, kapal itu tidak bisa dihubungi.
Setelah melapor ke PNKT dan daratan terdekat, Kualapembuang, 12 kapal ikan asal Kota Tegal di Kalimantan langsung mendatangi lokasi terakhir kapal Bangkit Jaya I sekitar pukul 12.00. "Kapal itu sudah karam. Hanya kamar nakhodanya yang masih terlihat," ujar Eko.
Eko menambahkan, kapal yang menggunakan alat tangkap jenis cantrang bisa menjaring bermacam jenis ikan. Biasanya, tiap kapal cantrang berlayar selama satu bulan. Laut di sekitar Kalimantan menjadi salah satu tujuan kapal-kapal cantrang asal Tegal karena terkenal kaya ikan.
Data prospek cuaca dari Stasiun Meteorologi Tegal, saat ini ada siklon tropis Bruce di barat daya Bengkulu dan daerah tekanan rendah di Laut Jawa utara Bali. Pumpunan angin memanjang dari Laut Jawa, Laut Seram, hingga Teluk Cendrawasih, serta dari Papua Nugini hingga Laut Banda.
"Kelembapan udara cukup tinggi serta suhu muka laut di perairan Indonesia yang hangat mempengaruhi pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia," kata prakirawan Stasiun Meteorologi Tegal, Kaharudin.
DINDA LEO LISTY