TEMPO.CO, Maros - Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan kebutuhan semen secara nasional akan meningkat 8 sampai 10 persen pada tahun 2014 atau sebesar 64 juta ton. Pada tahun 2012, kata dia, kebutuhan semen nasional 54,9 juta ton dan tahun tahun 2013 sebesar 58,5 juta ton atau meningkat 6 persen.
"Untuk itu sangat diperlukan peningkatan unit produksi dan optimalisasi produksi," kata MS Hidayat saat peresmian semen Bosowa Line II di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu 21 Desember 2013.
Dia mengatakan, pengembangan industri semen masih sangat prospektif. Sehingga pemerintah terus membuka peluang bagi investor untuk mendirikan perusahaan semen di pulau Jawa, Kalimantan, dan Papua. Pemerintah juga telah berupaya melindungi perusahaan semen dalam negeri agar tidak dikalahkan semen dari luar negeri. "Dengan mengeluarkan aturan larangan impor semen," kata Hidayat.
Untuk kawasan timur Indonesia, kebutuhan semen akan meningkat karena pemerintah telah membentuk unit percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat. Akan banyak infrastruktur yang dibutuhkan oleh provinsi di Timur Indonesia ini. "Kami berharap kemajuan industri tetap menjaga kemanan dan kelestarian lingkungan hidup," kata Hidayat.
Presiden Direktur Bosowa Grup Erwin Aksa menyambut baik larangan impor semen. Karena akan mengurangi defisit neraca perdagangan akibat impor. Aturan ini juga sangat efektif karena perusahaan semen dalam negeri memiliki bahan baku yang melimpah. "Kami juga mampu produksi dalam jumlah banyak," kata Erwin.
Erwin mengatakan, Bosowa telah menambah investasi Rp 1,1 triliun untuk meningkatkan produksi semen Bosowa Maros. Semen Bosowa akan meningkatkan produksi klinker dari 5.500 menjadi 7.200 ton per hari. Dengan beroperasinya penggilingan semen bosowa line II itu, kemampuan produksi semen Bosowa Maros akan bertambah 1,8 juta ton. "Sehingga nantinya Bosowa Maros akan memproduksi 4 juta ton semen per tahun," katanya.
Dengan tambahan ini, total produksi semen Bosowa menjadi 5,2 juta ton per tahun. Produksi ini berasal dari pabrik semen milik Bosowa di Maros, Batam, dan Kepulauan Riau. "Sebagai satu-satunya perusahaan swasta nasional, kontribusi semen Bosowa sekitar 8 persen secara nasional. Dan 20 persen di Indonesia timur," katanya.
Pada tahun 2017, semen Bosowa menargetkan bisa memenuhi 20 persen pasar semen nasional. Untuk itu Bosowa sementara melakukan pembangunan pabrik baru di Cilegon-Banten, Rembang-Jawa Tengah, dan Banyuwangi-Jawa Timur. "Produksi semen ini untuk memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur di daerah yang masih tertinggal," kata Erwin.
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Nu`mang mengatakan peran industri semen dalam membangun infrastruktur Sulawesi Selatan sangat dibutuhkan. Karena tahun depan Sulawesi Selatan telah memulai pembangunan jalur kereta api. "Kehadiran industri dan infrastruktur yang baik diharapkan mampu mengurangi pegangguran dan kemiskinan," kata Agus.
MUHAMMAD YUNUS