TEMPO.CO, Jakarta - Pengacara keluarga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Palmer Situmorang, mengatakan salah satu alasan SBY menunjuk pengacara keluarga adalah untuk menghindari upaya penggulingan kekuasaan. SBY, kata dia, berkepentingan memastikan pemerintahannya tetap berlangsung hingga akhir dengan penyerahan kekuasan ke presiden baru hasil Pemilihan Umum 2014.
"Di sisa masa pemerintahannya ini, Presiden ingin mengakhirinya dengan soft landing," kata Palmer saat dihubungi di Jakarta akhir pekan lalu.
Walau masa jabatan SBY tinggal 10 bulan, kata dia, potensi penggulingan atau makar mulai terasa dengan makin kuatnya tudingan dan fitnah yang dilayangkan kepada SBY dan keluarganya. Tuduhan itu, menurut dia, tak memiliki data dan bukti, tetapi diungkapkan secara luas kepada masyarakat. "SBY khawatir kalau tak ditangani, publik menganggap semua tuduhan tersebut benar," ujarnya.
Menurut Palmer, atas dasar alasan tersebut, SBY menyerahkan pekerjaan mengurus tuduhan, fitnah dan pencemaran nama baik itu kepada pengacaranya. SBY menunjuk tim pengacara untuk keluarga Cikeas yang terdiri atas Palmer, Hafzan Taher, dan Bahtiar Sitanggang.
Menurut Palmer, ada tiga cita-cita SBY di sisa masa kepemimpinannya. Pertama, kata dia, SBY ingin menuntaskan masalah bangsa. Salah satunya kondisi ekonomi yang berhadapan dengan gejolak dan krisis ekonomi dunia. Kedua, menurut Palmer, SBY ingin mengakhiri pemerintahannya secara normal dan demokratis. "Karena SBY juga terpilih sebagai presiden melalui proses pemilu yang demokratis."
Cita-cita ketiga SBY, menurut Palmer, ingin mengakhiri pemerintahan dengan memberikan warisan yang baik kepada penggantinya. "Kita selama ini belum punya sejarah presiden yang menjabat penuh dan turun dengan baik dan berkelanjutan."
Palmer mengatakan pencopotan jabatan presiden yang kerap terjadi lewat kudeta militer, penggulingan masyarakat dan mahasiswa, dan sidang istimewa Majelis Permusyawarahan Rakyat. "Secara khusus perihal kudeta militer adalah proses di Thailand," ujarnya.
Menurut dia, Indonesia selama ini belum lengkap menyandang predikat negara demokrasi karena selalu gagal menggelar suksesi kepemimpinan yang berkelanjutan dan terus-menerus.
Di Indonesia, Presiden Soekarno dan Soeharto mengakhiri jabatannya di tengah jalan dan setelah diguncang unjuk rasa besar-besaran. Soekarno turun setelah peristiwa 30 September 1965, lalu digantikan Soeharto.
Presiden BJ Habibie juga hanya mengemban jabatan presiden selama 18 bulan. Habibie menolak maju dalam pemilihan presiden 1999 karena mosi tak percaya DPR dan MPR yang menolak laporan pertanggungjawabannya dalam Sidang MPR.
Presiden Abdurrahman Wahid juga mengalami penggulingan pada 23 Juli 2001 atau 2 tahun 9 bulan masa kepemimpinannya. Gus Dur mundur setelah digulingkan secara paksa melalui Sidang Istimewa MPR.
Presiden Megawati Sukarnoputri memang mengakhiri masa kepemimpinannya melalui proses Pemilu 2004. Putri Soekarno ini menggantikan dan mengisi sisa jabatan yang ditinggal Gus Dur.
FRANSISCO ROSARIANS
Terpopuler
Dalih Bupati Ngada Tutup Bandara: Saya Dipermainkan
Atut Wajib Nyapu dan Ngepel di Pondok Bambu
PGI Nilai Yudhoyono Melanggar Konstitusi
Soal Wagub DKI, Tri Risma: Mendampingi Siapa?
Tanpa Jokowi, Ical Kalahkan Prabowo
Diduga Langgar Tarif, Ini Kata Garuda Indonesia