TEMPO.CO, Kuta – Fenomena sampah kiriman, yang terjadi setiap tahun di Kuta, Bali, disebut akibat pengelolaan yang salah. Selama ini, pemerintah menyalahkan alam dan cuaca membawa sampah dari tengah laut menuju daratan. Padahal, sampah kayu dan plastik ditengarai datang dari beberapa aliran sungai di Bali.
"Lemah dalam pengelolaan sungai. Nah, sejauh mana pengelolaan sungai di Bali kan enggak jelas. Sungai hanya menjadi tempat pembuangan sampah, itu didorong oleh arus dari barat menuju timur dan itu terkumpul di Kuta." kata Bali Marine Protection Network Manager Conservation International, Made Iwan Dewantama, saat dihubungi Tempo, Kamis, 26 Desember 2013.
Ia menilai, penanganan sampah di Pantai Kuta oleh pemerintah disebut belum menjamah inti persoalan. "Inti persoalannya sebenarnya manajemen daerah aliran sungai. Selama ini, kegiatan yang hanya responsif, tapi tidak menyentuh akar masalah," katanya.
Iwan mengatakan ada tiga kabupaten yang diprediksi menyumbangkan sampah ke Pantai Kuta, yakni Negara, Tabanan, dan Kabupaten Badung. Maka, Iwan meminta pemerintah harus segera melakukan upaya bersama menanggulangi sampah dan memperbaiki manajemen daerah aliran sungai. "Kalau kami cek, banyak sungai dari tiga kabupaten di Bali bermuara di pantai selatan," katanya.
Apabila tidak segera ditangani, Iwan yakin, keberadaan sampah tidak akan pernah hilang dan menjadi kebiasaan setiap tahun. "Manajemen air dan sungai, itu menurut saya solusinya. Dan itu lintas kabupaten, ya kalau tidak sampah akan tiap tahun ada," ujarnya.
PUTU HERY
Berita Terpopuler:
Natal, Megawati dan Jokowi Kunjungi Ahok
Ditegur Megawati, Jokowi Tutup Jendela Mobil
Ini Sosok yang Akan Rebut Golkar dari Dinasti Atut
Atut Tak Percayai Rano Karno
Yogya Tak Lagi Nyaman dalam Foto