TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menargetkan laba bersih perusahaan sebesar US$ 3,44 miliar pada 2014. Laba tersebut diperoleh dari pertumbuhan agresif pada seluruh lini bisnis perusahaan, baik hulu maupun hilir.
Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir menyatakan bahwa hal tersebut merupakan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Pertamina mengenai Pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Pertamina tahun 2014 di Jakarta, Senin lalu. "Dalam RKAP 2014, Pertamina juga menargetkan pertumbuhan aset konsolidasi menjadi sebesar US$ 52,6 miliar, atau naik sekitar 13 persen dari tahun ini," ujarnya, Kamis, 26 Desember 2013.
Ali juga menyebut bahwa target perolehan pendapatan senilai US$ 79 miliar atau setara dengan Rp 830 triliun dengan asumsi kurs rupiah terhadap dolar Rp 10.500 per US dolar. Angka pendapatan tersebut lebih tinggi sekitar 6 persen dibandingkan dengan prognosa pendapatan 2013.
Dengan nilai pendapatan tersebut, laba usaha perusahaan diperkirakan mencapai US$ 6,67 miliar. Adapun laba bersih perusahaan pada 2014 ditargetkan bisa mencapai US$ 3,44 miliar. "Target peningkatan pendapatan dan juga laba usaha didasarkan pada proyeksi pencapaian semua lini bisnis Pertamina, baik hulu maupun hilir," kata Ali.
Ia menjelaskan, perusahaan memproyeksikan bisnis hulu depan bisa menyumbang lebih dari 50 persen dari total laba usaha, terutama dipicu oleh peningkatan produksi dari kegiatan merger dan akuisisi maupun lapangan eksisting. Pertamina akan memproduksikan sekitar 284.000 barel per hari minyak dan 1.567 MMSCFD gas bumi atau setara dengan 554.700 barel setara minyak per hari (BOEPD). “Peningkatan produksi juga ditargetkan pada bisnis panas bumi, yaitu menjadi 3.036 GWh.”
Adapun pada sektor hilir Pertamina, target pendapatan akan didukung oleh peningkatan penjualan pada BBM retail nonsubsidi dan juga bisnis aviasi yang semakin menjanjikan seiring dengan peningkatan jumlah penerbangan domestik dan internasional. Bisnis petrokimia juga akan semakin agresif dalam kegiatan pemasaran serta bisnis pelumas Pertamina yang tahun ini dilakukan spin off dari unit bisnis menjadi anak perusahaan, yaitu PT Pertamina Lubricants.
PINGIT ARIA
Baca juga:
Ekonom UGM: Tahun Depan Ekonomi Memburuk
Bandara Karawang Akan Ditawarkan ke Asing
Operasional Bandara Halim di Januari Belum Pasti
Wakil Menteri Energi Tetap Larang Ekspor Mineral