TEMPO.CO, Bandung - Kepala Subdirektorat Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi, Wawan Irawan, mengatakan curah hujan pada Januari 2014 diperkirakan jauh lebih tinggi dibandingkan pada Desember ini. "Waspadai bencana longsor dan banjir bandang," kata dia pada Tempo, Jumat, 27 Desember 2013.
Menurut dia, hujan yang mengguyur sejak November lalu membuat kandungan air dalam tanah makin jenuh. "Kalau tanah makin jenuh, relatif berpotensi mengganggu kesetimbangan. Potensi longsor makin tinggi," kata Wawan.
Warga juga diminta waspada terhadap retakan-retakan tanah yang muncul di lereng perbukitan. Atau terjadi perubahan warna mata air. "Misalnya, yang dulunya tidak ada mata air, tiba-tiba muncul, harus diwaspadai," ujar Wawan.
Ciri potensi banjir bandang adalah aliran sungai yang tiba-tiba berhenti atau mengecil. Sebab, bisa jadi di bagian hulu terjadi proses pembendungan. Banjir bandang bisa terjadi jika curah hujan tinggi dan volume air bertambah. "Bendungan alam itu lama-lama bisa bobol menjadi banjir bandang," ucap Wawan.
Menurut Wawan, Badan Geologi telah merampungkan peta potensi gerakan tanah pada Januari 2014. Sejumlah daerah yang memiliki potensi gerakan tanah menengah dan tinggi akibat curah hujan tinggi di Jawa Barat adalah Sukabumi, Cianjur, dan Bogor. Di Jawa Tengah, hampir seluruh wilayahnya berpotensi gerakan tanah, kecuali wilayah utaranya. Sedangkan di Jawa Timur seperti Pacitan, Ponorogo, dan Lumajang.
Baca Juga:
Di luar Jawa, potensi itu terjadi di bagian tengah wilayah Bali, bagian tengah Lombok, Flores bagian barat, Kupang, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, serta Papua. Di Sumatera meliputi Sumatera Utara, sebagian Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, dan bagian utara Lampung.
Wawan mengatakan, daerah yang perlu mendapat perhatian karena peningkatan curah hujan yakni di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, serta NTT bagian barat. "Intensitas curah hujan paling tinggi terjadi pada Januari 2014," ujarnya.
Badan Geologi mencatat, sejak awal tahun hingga 25 November 2013, terjadi 124 bencana alam akibat gerakan tanah di seluruh Indonesia. Bencana itu menyebabkan 160 orang meninggal dunia, 68 orang luka-luka, 636 rumah hancur, lebih dari 5 ribu rumah rusak ringan, lebih dari seribu rumah terancam, serta lebih dari 5000 kilometer jalan rusak.
Jawa Barat menduduki peringkat pertama dengan 69 peristiwa bencana alam yang dipicu oleh gerakan tanah. Peristiwa itu menyebabkan 48 orang meninggal, 17 orang luka-luka, dan 59 rumah hancur. Disusul Jawa tengah sebanyak 13 peristiwa yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia dan 12 luka-luka.
AHMAD FIKRI